BAB
I
PENDAHULUAN
Dari beberapa alasan yang telah dikemukakan oleh orang-orang Kristen tentang mengapa mereka tidak melakukan tugas penginjilan yang telah diamanatkan Tuhan itu, alasan yang paling banyak dikemukakan adalah karena mereka tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Mata kuliah ini akan menolong kita untuk dapat menyampaikan berita Injil dengan luwes dan mudah diterima oleh siapapun yang mendengarnya.
A.
Penjelasan
mengenai Istilah-istilah dalam Ilmu PI
1. Kerugtik
, dari bahasa Yunani ‘kerugma’
artinya berita, pemberitaan.
2. Matheteutik,
dari bahasa Yunani ‘matheteuo’
artinya menjadikan murid.
3. Halieutik,
dari bahasa Yunani ‘halieuo’ artinya menjala ikan.
4. Auxanik,
dari bahasa Yunani ‘auxano’ artinya bertumbuh, bertambah, menumbuhkan,
menambahkan.
5. Prosthetik,
dari bahasa Yunani ‘prosthitemi’
artinya menambah.
6. Propagandik,
dari bahasa Latin ‘propagare’ artinya
meluaskan, menambahkan.
7. Evangelistik/Ilmu
PI, dari bahasa Yunani ‘euanggelizomai’
yang artinya mengabarkan Injil, membawa
kabar baik (Yunani ‘euanggelion,’
atau Latin ‘evangelium’ = Injil,
Kabar Baik). Evangelistik menyelidiki kegiatan yang biasanya disebut dengan
istilah ‘evangelisasi’ (penginjilan,
perbuatan membawa atau melayankan Injil).
8. Apostolat
(apostolik, ataupun apostologi). Berasal dari istilah Yunani ‘apostole’ artinya pengutusan atau kerasulan
(jabatan rasul, mis. Kis. 1:25; Rm. 1:5).
Kata kerjanya ‘apostello’
artinya mengutus. Arti kata apostolos adalah utusan (secara
umum) atau rasul (secara khusus, jabatan untuk beberapa orang saja, mis. Kis.
1:2). Sebutan ‘rasul’ atau ‘apostolos’
dalam bahasa Yunani artinya “Seorang
utusan.” Kata ini dipakai untuk
menyebut orang yang diutus pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk
menjalankan suatu tugas tertentu.
Sebutan ‘rasul’ juga memiliki
arti dasar ‘Orang yang diutus sebagai
wakil orang lain, dengan kuasa dan otoritas seorang wakil. Kuasa dan otoritas itu diperolehnya dari
orang yang mengutusnya.’ Mereka
seperti duta besar yang mewakili suatu negara.
Jadi, seorang apostolos adalah utusan yang berbicara atau bergiat atas
nama pengutusnya.
9. Misiologi,
diambil dari bhs Latin ‘missio’ yang
berarti pengutusan. Istilah ini sama dengan kata Yunani ‘apostole.’ Hanya sebutan misionaris tidak dimaksudkan
untuk seorang rasul, melainkan seorang utusan secara umum. Kemudian, dalam
bahasa Belanda, kata “missio”
diterjemahkan menjadi ‘zending’
(pengutusan). Sama halnya dengan kata ‘missio’ yang adalah juga “zending,” maka
istilah “Ilmu Zending” juga sama
dengan ‘Misiologi.’ Dalam bahasa
Yunani, ada dua kata yang berkaitan dengan pengutusan (missio), yaitu ‘apostello’ (mengutus) dan ‘pempo’ (mengirim). Perhatikan dua kata
itu dipakai secara bersamaan dalam Yohanes 20:21, “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai
sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu’ (Ei=pen ou=n auvtoi/j o` VIhsou/j pa,lin(
Eivrh,nh u`mi/n\ kaqw.j avpe,stalke,n
me o` path,r( kavgw. pe,mpw u`ma/j. Dua kata dipakai bersamaan dalam satu ayat ini, avpe,stalke,n (dari kata dasar apostello = mengutus)
dan pe,mpw (mengirim). Berdasarkan
Yohanes 20:21, maka istilah ‘missio’ (pengutusan) mempunyai tiga pembedaan,
yaitu:
- Missio Dei (pengutusan oleh Allah). Allah bertindak sebagai subjek segala pengutusan, terutama pengutusan Anak-Nya. Dialah Pengutus Agung.
- Missio Filii (pengutusan oleh Anak). Yesus Kristus diutus (dalam arti khusus Dia-lah yang disebut Missio Dei), tetapi juga mengutus, yaitu para rasul dan gereja-Nya.
- Missio Ecclesiae (pengutusan oleh gereja). Pengutusan oleh Allah dan Anak dilanjutkan dengan pengutusan oleh gereja.
Meskipun ada tiga ‘pembedaan
missio,’ namun sebenarnya memiliki satu kesamaan, yaitu bahwa sumber pengutus
utama adalah Allah. Seorang penginjil
yang diutus oleh gereja, sebenarnya gereja diutus melalui rasul-rasul oleh
Yesus Kristus, dan Yesus sendiri diutus juga (hanya pengutusan-Nya berbeda
dengan pengutusan gereja). Oleh sebab
itu, hendaklah kita menghormati Tuhan sebagai Pengutus Utama, dan dengan
demikian Ia melaksanakan rencana penyelamatan-Nya.
Berdasarkan penjelasan
dari berbagai macam istilah tersebut di atas, maka sebenarnya tidak ada
perbedaan yang mendasar mengenai istilah-istilah itu. Jika dikaji lebih dalam, masing-masing juga
menaruh perhatian pada pengutusan dan pekabaran Injil. Persoalannya ialah bahwa semua nama-nama
tersebut telah memperoleh tambahan arti dari konteks penggunaannya, sehingga
perlu bijaksana di dalam memberi nama bagi Ilmu Pekabaran Injil. Biasanya nama yang dipilih ialah Misiologi atau Ilmu PI.
B.
Pengertian Mission –
Missions – Evangelism
Mission (Misi) : God’s program
for human
MISSIO DEI / MISI ALLAH
Missions
:
the task of mission
PELAYANAN
Evangelism : Usaha
menjelaskan kabar baik tentang Yesus Kristus dan karya
penebusan-Nya bagi dunia (Rm. 1:16; 1
Kor. 15:1-4)
PENGINJILAN
C. PI Pribadi dan
Misiologi
Biasanya
memang dibedakan antara Mata Kuliah Misiologi dan PI Pribadi (di sekolah
teologi lain disebut Metode PI).
Perbedaannya terletak pada cakupan pembahasan dari keduanya. Seperti namanya ‘misiologi,’ maka disiplin
ilmu ini membahas mengenai sejarah perkembangan misi atau pekabaran Injil mulai
dari abad permulaan hingga sekarang ini.
Misiologi juga membahas mengenai Injil itu sendiri, yaitu dasar-dasar
PI, isi PI, tujuan PI, dan lain-lain.
Istilah missio yang berarti pengutusan, terkait dengan pribadi yang
diutus untuk memberitakan Injil dalam budaya tertentu, sehingga dalam misiologi
juga membicarakan mengenai ‘kontekstualisasi Injil dalam budaya setempat.
Sedangkan
dalam PI Pribadi, pembahasannya lebih spesifik, yaitu mengenai Allah (sumber
pengutus), pribadi penginjil (subyek) dan orang yang diinjili (obyek).
Maksudnya ialah bagaimana orang percaya sebagai pribadi yang mendapat mandat
dari Allah itu bisa mengemas berita Injil dengan berbagai metode yang ada,
untuk selanjutnya disampaikan kepada orang-orang yang belum percaya.
Dengan
demikian, hubungan keduanya (Misiologi dan PI Pribadi) tak dapat
dipisahkan. Jika Misiologi menjadi perintis untuk masuk ke dalam budaya
tertentu, dengan pengenalan budaya setempat, maka PI Pribadi merupakan senjata tempur untuk mengalahkan para ‘musuh’ (memenangkan orang-orang yang
belum percaya), dengan berbagai metode PI yang ada.
D.
Tempatnya
dalam Peta Ilmu Teologi
PI
Pribadi
|
Penjelasan:
Teologia
Biblika (Biblical Theology)
Suatu
ilmu yang berusaha menguraikan kondisi perkembangan secara historis (secara
progresif) penyataan diri Allah yang ada di dalam Alkitab. Sumber dari teologi biblika hanyalah Alkitab
sebagai Penyataan Khusus dari Allah.
Contoh: Teologi PL, Teologi PB,
Teologi Pentateuks, Teologi Paulus, Teologi Yohanes, dll.
Teologia
Historika (Historical Theology)
Suatu
ilmu yang berusaha membahas awal mula, perkembangan dan penyebaran
ke-Kristenan, termasuk di dalamnya semua doktrin, organisasi dan kebiasaannya,
termasuk di dalamnya sejarah alkitab, sejarah gereja, sejarah pekabaran injil,
sejarah ajaran dan pengakuan iman.
Contoh: Teologi Purbakala (abad 1
– th. 590 CE); Teologi Abad Pertengahan (th. 590 – 1571 CE), Teologi Reformasi
(th. 1571 – 1750 CE), Teologi Modern/Kontemporer (th. 1750 – Sekarang). Teologi Kontemporer itu di antaranya: Teologi
Liberal, Neo- Ortodoks, Radikal, Sosialis.
Teologia
Sistematika (Systematical Theology)
Teologia
sistematika berusaha mempergunakan bahan-bahan yang telah disajikan oleh
teologi biblika dan historika, menata atau menyusun bahan-bahan itu sedemikian
rupa dalam suatu tatanan yang logis dan sistematis, berdasarkan tema-tema
tertentu. Jadi, teologi sistematika juga
memakai sumber-sumber lain di luar Alkitab (penyataan umum). Contoh:
Bibliologi, Teologi Proper, Anthropologi, Hamartiologi, Soteriologi,
Pneumatologi, Angelologi, Eskatologi, Ekklesiologi.
Teologia
Praktika (Practical Theology)
Suatu
ilmu teologi yang berusaha membahas penerapan telogi terhadap pembaharuan,
pengudusan, pembinaan, pendidikan dan pelayanan umat manusia. Contoh:
Pastoralia, Homelitika, Liturgika, Katekisasi, Penginjilan, Hukum
Gereja.
BAB
II
PENGERTIAN DAN DEFINISI PENGINJILAN
Pada hakekatnya, penginjilan adalah bagian hakiki dari kehidupan bergereja.
Namun faktanya, terdapat banyak kebingungan dalam pemahaman mengenai
penginjilan. Ada yang memahami penginjilan hanya sebagai tugas pendeta,
misionaris. Ada juga yang memahami penginjilan sebagai upaya “kristenisasi”.
Bahkan ada kelompok tertentu yang begitu alergi ketika mendengar kata,
“penginjilan”.
Lalu apakah
penginjilan itu sebenarnya? Berikut ini akan dikemukakan pengertian dan
defenisi tentang penginjilan.
A. Pengertian Penginjilan
Pada dasarnya, kata
“penginjilan” dibentuk dari kata dasar “Injil”. Bahasa Yunani, “Eunggalion”. Dalam bahasa Latin, “evangelium”. Kata ini dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai “kabar baik” atau “kabar bahagia”. Sedangkan
“penginjilan” dalam bahasa Yunani “eunggelizomai”,
yang dapat diartikan, “membawa kabar baik”.
Eunggalion pada awalnya adalah istilah dalam bidang kemiliteran, yang menunjuk pada
upah yang diberikan kepada seseorang pembawa berita kemenangan dari medan
pertempuran. Pada waktu Alkitab Perjanjian Baru ditulis, para penulisnya
meminjam istilah ini untuk menjelaskan berita sukacita atau kabar baik dari
Allah tentang Yesus Kristus dan karyaNya bagi dunia (Roma 1:16; I Korintus
15:4).
Bagi orang Kristen, inti kabar baik ini
adalah Yesus Kristus. Dalam hal ini, kita dapat mengartikan penginjilan sebagai
tindakan Allah dalam memberikan tugas kepada hamba-hambaNya untuk memberitakan
kabar baik dalam namaNya kepada orang-orang yang tersesat karena dosa, untuk
selanjutnya dibawa ke dalam kerajaan sorga untuk menjadikan mereka warga
kerajaan sorga yang bertanggung jawab.
B.
Definisi Penginjilan
Dalam perkembangan tentang penginjilan,
timbul beragam pemahaman di sekitar penginjilan itu sendiri. Mengapa hal ini
terjadi? Dari berbagai alasan, ada satu hal utama yang perlu diketahui, yaitu
kebiasaan orang untuk mendefinisikan penginjilan bukan berdasarkan berita Injil
itu sendiri, tetapi pada pengaruh yang dihasilkan terhadap pendengar Injil.
Dengan kata lain, penginjilan terlalu menekankan segi pertobatan orang yang
mendengarkan, bukan pada apakah Injil itu sudah disampaikan secara baik dan
benar atau belum.
Lalu bagaimana definisi yang baik
tentang penginjilan itu? Hal pertama yang harus diingat ketika mendefinisikan
tentang penginjilan adalah jangan melupakan peran Allah di dalamnya. Mengapa
demikian? Karena penginjilan itu pada hakekatnya adalah prakarsa atau inisiatif
Allah. Manusia hanya melaksanakan prakarsa Allah tersebut.
Berikut ini adalah
definisi-definisi tentang penginjilan dari beberapa pakar penginjilan:
1. Henk Venema:
Penginjilan
adalah pelaksanaan perintah jabatani yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada
gereja dalam nama BapaNya, yaitu untuk menyebarkan Injil kerajaan dalam zaman
Roh Kudus ini, menjadi kesaksian bagi semua bangsa sampai ke ujung-ujung bumi.
Pelaksanaan perintah ini bermaksud supaya melalui iman dan pertobatan, orang-orang
kafir dimasukkan ke dalam jemaat Kristus oleh baptisan, dan belajar melakukan
segala sesuatu yang diperintahkan Kristus kepada mereka semua dengan tujuan
supaya Allah Tritunggal menerima puji-pujian
yang sepatutnya secara kekal dari kehidupan bangsa-bangsa.
- J. Packer
Penginjilan
berarti memberitakan Injil, kabar baik. Penginjilan adalah komunikasi yang
dilakukan orang Kristen sebagai penyambung lidah Allah yang menyampaikan berita
pengampunan kepada orang berdosa.
- J. H. Bavinck
Penginjilan
adalah kegiatan gereja yang sebenarnya tidak lain dari kegiatan besar Kristus
sendiri yang dilakukanNya melalui gereja, yaitu pada zaman ini. Gereja
memanggil bangsa-bangsa supaya mereka bertobat dan percaya kepada Kristus dan
dijadikan muridNya dan oleh baptisan dimasukkan ke dalam persekutuan semua
orang yang menantikan kedatangannya.
- David J. Bosch
Penginjilan
adalah prakarsa Allah yang melibatkan orang-orang percaya tentang apa yang
telah, sedang dan akan diperbuat Allah.
- Yakob Tomatala
Penginjilan
adalah rancangan dan karya Allah yang menghimpun bagi diriNya orang-orang yang
bersekutu, menyembah dan melayaniNya secara utuh dan serasi.
- C. Peter Wagner
Penginjilan
adalah penyampaian kabar baik. Maksud dari pekabaran Injil adalah untuk memberi
kesempatan kepada semua orang, kesempatan yang memadai untuk menerima Yesus
Kristus sebagai Juruselamat dan melayaniNya dalam persekutuan dengan gerejaNya.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas,
maka esensi atau inti dari penginjilan bukan hanya sekedar pertobatan.
Menghasilkan pertobatan memang adalah merupakan tujuan dari penginjilan, namun
hasil penginjilan (pertobatan) tidak tergantung pada hikmat dan kekuatan
manusia, tetapi kehendak Allah (I Korintus 2:1-5).
Karena itu dalam penginjilan, jangan ada
yang berbangga dan bersikap congkak dengan mengatakan “saya sudah membuat
banyak orang bertobat!”. Mengapa? Karena pertobatan itu adalah perbuatan Allah.
Sebagai anak-anak Allah, kita hanya melaksanakan tugas penginjilan dan
menyerahkan hasilnya kepada Allah sambil terus berdoa.
C.
Makna dari Definisi
Penginjilan
1.
Kuasa Roh Kudus (Allah) adalah dasar bagi proses, pelaksanaan dan
pencapaian
tugas
misi dan penginjilan.
2.
Umat Allah (gereja) adalah subyek dan penanggung jawab utama sebagai
mandataris Allah dalam misi-Nya yang harus diwujudkannya melalui penginjilan,
sehingga gereja bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas penginjilan yang
harus dilaksanakan secara konsekuen.
3.
Yesus Kristus adalah isi, inti, hakikat serta dinamika penginjilan. Yesus Kristus
adalah pusat berita (kerygma) yang mengintegrasikan/menyatukan segala
unsur di
dalamnya.
4.
Orang-orang berdosa secara pribadi atau kelompok adalah fokus utama serta
sasaran dari penginjilan, di mana mereka memiliki hak yang sama untuk mendengar
berita sukacita yang membawa shalom dari Allah dalam Injil.
BAB III
APA
ITU PENGINJILAN PRIBADI?
Penginjilan
tidak dapat dipisahkan dari panggilan dan pengutusan jemaat, khususnya setiap
orang percaya, sebab hakikat jemaat adalah suatu komunitas (persekutuan) yang
hidup, persekutuan di dalam dan dengan Kristus. Kristus adalah satu-satunya sumber penghiburan dan
pengharapan, bahkan dasar motivasi serta pusat kesaksian dan pelayanan jemaat.
Karena kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas pada manusia atau pada
wilayah kehidupan tertentu tetapi mencakup seluruh ciptaan Allah.
Di dalam Penginjilan Pribadi, setiap orang harus menjadi subjek dalam
melaksanakan PI, sebab sebagai anak Allah, ia telah menjadi manusia baru,
ciptaan baru, walaupun ia manusia berdosa. Sebagai subjek ia melaksanakan
amanat Tuhan seperti yang dikatakan “Beritakanlah firman, siap sedialah baik
atau tidak baik waktunya …” (2 Tim. 4:2).
A. Penginjilan Pribadi
Sebagai Metode
Pekabaran Injil
akan sangat berhasil bila dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode
penginjilan yang tepat dan akurat. Karena berbicara tentang metode berarti
menentukan dengan benar cara-cara yang tepat, yang akan digunakan dalam
menyampaikan berita Injil.
Menurut Eka
Darmaputra, metode PI yang pertama dan
utama adalah “PI dari pribadi ke pribadi”. PI yang dilakukan dengan cara membina hubungan
antara pribadi dengan pribadi.
Berkaitan dengan metode ini, Carl Henry merngatakan bahwa “inisiatif pendekatan
orang per orang bagi setiap orang percaya masih merupakan cara yang sangat
menjanjikan dalam penginjilan di dunia pada abad ini”. Ada sementara orang yang mempertanyakan
keabsahan dari penginjilan dengan cara orang per orang, mungkin yang menjadi
pertanyaan adalah adanya tekanan dalam pendekatan ini, mental “lone Ranger” (memaksakan/kasar) mungkin
juga penyebabnya. “Aku di dalam mereka
dan Engkau di dalam Aku agar dunia tahu bahwa Engkau yang mengutus Aku dan
bahwa Engkau mengasihi mereka sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yoh.
17:23).
Tubuh orang
percaya disatukan lewat latar belakang etnis dan ekonomi yang berbeda, jika itu
disatukan, setiap kepribadian dan daya tarik masing-masing akan seperti lampu
pijar yang menerangi seluruh dunia. Kesatuan yang indah dalam perbedaan dalam
tubuh Kristus bisa meyakinkan orang lain yang tidak percaya bahwa Yesus Kristus
memang diutus oleh Allah. Ada kelompok Kristen yang “vocal” yang melakukan penginjilan yang dinamis, mereka menyatakan
bahwa individu-individu dalam kelompok kadang tidak menyatakan Injil, sehingga
hasilnya penginjilan yang lemah.
Dalam Alkitab (scripture) dapat ditemui gaya
pengabaran Injil secara orang per orang. Yesus sendiri secara konstan berbagi
dengan orang-orang yang mengikutNya. Ia memberikan
mereka makna hidup bagi kehidupan mereka setiap hari. Kristus berjanji bagi
para murid atau pengikutNya bahwa Ia akan menjadikan mereka penjala manusia dan
mengutus mereka untuk menyebarkan berita sukacita (Mrk 6:7-13; Luk 10:1-24).
Pada gereja
mula-mula para rasul dilibatkan dalam penyebaran Injil. Bahkan, seorang
pemimpin gereja, Filipus diperintahkan Allah untuk meninggalkan pelayanannya
yang berhasil untuk berbicara dengan seseorang yang mencari Allah (Sida-sida
Etiopia, lihat Kis. 8:26-40).
B. Penginjilan
Pribadi dalam Alkitab
Paulus mempercayakan tanggung jawab semua orang
percaya pada para rasul dengan menyatakan bahwa rekonsiliasi pelayanan telah
diberikan kepada mereka (2 Kor. 5:17-20). Allah memberikan kemampuan
penginjilan bagi orang-orang tertentu bukan karena mereka mampu melakukannya
tetapi untuk menyatukan setiap orang percaya dalam satu Tubuh Kristus untuk
melakukan pelayanan ( Ef. 4:11-12).
Setiap
pendekatan dalam penginjilan (baik dalam kelompok kecil, studi Alkitab,
preaching atau kotbah, dan melalui berbagai media lainnya) diperlukan sebagai
pertahanan pribadi setiap orang, karenanya setiap orang percaya harus lebih
sering berbicara dengan semua orang yang bukan Kristen untuk menjelaskan
keyakinannya, dan penting bagi orang itu untuk percaya. Keunggulan metode ini
adalah sebagai berikut:
a. Tidak mudah menjadi batu sandungan.
b. Memungkinkan orang untuk lebih mudah menjelaskan Yesus
dalam dialog yang saling menghormati.
c. Memungkinkan orang mengambil keputusan secara bebas
dan sadar.
d. Memungkinkan banyak atau semua orang Kristen ikut
serta.
Agar tujuan atau
sasaran dari the great planning of God
ini tercapai maka yang harus dilakukan dalam strategi ini adalah: Pertama,
mutlak dan penting menciptakan dan menumbuhkan image atau citra yang baik
tentang kehidupan Kristiani. “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang”
artinya menjadikan kehidupan kristiani itu indah dan menarik.
Keindahan ini harus
nampak, baik secara pribadi maupun secara
kelompok/persekutuan, sehingga menjadi suatu pemberitaan Injil yang hidup.
Tentu yang akan terjadi adalah munculnya hubungan antar pribadi, untuk itu
ciptakanlah persahabatan yang sejati dan bukan “ada udang dibalik batu”.
Maksudnya menciptakan persahabatan hanya untuk mengkristenkan saja, kalau tidak
menjadi Kristen tidak lagi bersahabat.
Kedua, adalah mencermati dengan seksama peta atau wilayah di
mana Injil ini akan disampaikan. Hal ini penting dalam rangka memperhitungkan
dampak terhadap mereka yang menjadi Kristen, sebab menjadi Kristen resikonya
adalah dibenci, diintimidasi, ditindas dan dianiaya. Contoh menginjili di
daerah Sumatera Selatan atau di Aceh yang nyata-nyata wilayah mayoritas Umat
Muslim akan menjadi hambatan dan bahkan ancaman. Perlu dicatat dalam
pengutusan, Yesus mengingatkan “kamu di utus bagaikan domba di antara serigala,
namun kamu harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat.10:16).
Peringatan ini menunjukan setiap PI yang dilakukan harus memperhitungkan segala
sesuatu dan jangan bertindak konyol.
Ketiga, adalah efektif juga bila dilakukan melalui media
pelayanan Rumah Sakit, Lembaga Pemasyarakatan dan Pendidikan Sekolah (dari SD
sampai ke Perguruan Tinggi). Secara umum dapat dikatakan bahwa Pemberitaan
Injil adalah suatu kegiatan yang sadar dan sengaja dilaksanakan agar orang lain
dapat memahami serta menerima apa yang disampaikan melalui pemberitaan itu. Hal
penting yang harus diingat bahwa dalam pekabaran Injil ini bukan tujuan utama
meng’kristen’kan orang tetapi meng’Kristus’kan orang, artinya mempertemukan
orang dengan Kristus sebagai Juruselamat pribadinya.
BAB IV
APAKAH INJIL ITU?
Jika kita berbicara tentang ‘Injil,’ itu artinya bahwa kita sedang
membicarakan sesuatu yang sangat menggembirakan dan ditunggu oleh banyak orang
di dunia ini. Kata “Injil” berasal dari
bahasa Yunani “euaggeliwn (euangelion),”
yang artinya “Kabar baik.” Asal-usul
istilah ini dipakai untuk menunjuk kepada berita seorang pembawa pesan yang
diutus pulang dari medan perang guna menyampaikan kabar kemenangan. Berita kabar kemenangan itulah yang disebut “euangelion” (kabar baik).
Dalam dunia Kristen, istilah euangelion (Injil) menunjuk kepada kabar
baik bahwa Allah telah turun ke dunia dalam diri Yesus Kristus, untuk mati bagi
dosa-dosa manusia, kemudian bangkit dari kematian dan kembali naik ke Sorga
(1Kor. 15:3-4). Ini benar-benar kabar baik bagi semua
orang, sehingga kita perlu menyampaikannya kepada mereka.
A.
SIFAT
DASAR INJIL
1.
Injil
Bersifat Menebus
Keselamatan di dalam Yesus Kristus telah
mempersatukan manusia dengan Allah. Ini
jauh melampaui semua pengajaran tentang penebusan di dalam agama-agama lain,
baik dalam sifat kesempurnaan maupun sifat ketetapan, agama-agama lain hanya
memiliki konsep penggantian (substitusi) yang kabur.
a.
Kematian Yesus Kristus
merupakan korban yang bersifat menggantikan/ the sacrifice of
substitution (2Kor. 5:21; 1Ptr. 3:18; 2:24).
b.
Kematian Yesus Kristus
merupakan korban yang bersifat meredakan murka Allah/ the sacrifice of propitiation (1Tes. 5:9).
c.
Kematian Yesus
merupakan korban yang bersifat menanggung hukuman, yang seharusnya dijatuhkan
kepada manusia oleh karena dosa-dosanya/ the
sacrifice of retribution (Why. 1:5; 5:9; 1Kor. 6:20; 1Ptr. 1:18).
d.
Kematian Yesus Kristus
merupakan korban yang bersifat memperdamaikan/ the sacrifice of reconciliation (2Kor. 5:18-19; Ibr. 2:17).
2. Injil Bersifat Esa
Kristus yang adalah satu-satunya
kebenaran sejati itu (Yoh. 14:6; Kis. 4:12) adalah Allah yang esa (1Tim. 2:5).
3.
Injil
Bersifat Sempurna
Injil tidak perlu ditambahi sesuatu
agar menjadi sempurna, karena dirinya sendiri sudah sempurna.
4.
Injil
Bersifat Mutlak
Karena Kristus
adalah Allah, maka Ia sendiri berada di alam kemutlakan. Maka dari itu, seluruh rencana-Nya bukanlah
peristiwa yang terjadi secara kebetulan dalam sejarah, bukan hasil falsafah
manusia, juga bukan merupakan hasil kebudayaan, melainkan adalah kehendak Allah
yang telah ditetapkan dalam kekekalan.
Sebab itu, Injil pasti bersifat mutlak, tidak dapat ditambah atau
dikurangi.
B.
SIFAT
DASAR INJIL DI ANTARA KEBUDAYAAN DAN AGAMA LAIN
1. Sifat Kekal
Injil sama sekali tak
mungkin berubah menjadi sesuatu yang tidak berguna/tidak dibutuhkan hanya
karena kemajuan zaman. Injil juga tak
mungkin berubah karena zaman yang telah berubah. Injil akan selalu segar, selalu baru walaupun
harus melewati segala zaman. Injil
bukanlah hasil produksi zaman, sebab itu tak mungkin tergeser oleh zaman. Sifat kekal dan tidak berubah itu ada
padanya, karena Injil adalah kehendak Allah yang telah Ia tetapkan dalam
kekekalan.
2.
Sifat
Universal
Karena
keselamatan Kristus berasal dari kekal, maka kuasa keselamatan-Nya pun
melampaui batas-batas geografi. Injil
itu memiliki sifat yang universal (Mat. 24:14; 28:19), maka kita pun haruslah
memiliki sifat yang tidak deskriminasi atau memandang bulu di dalam
memberitakan Injil.
3.
Sifat
Peperangan
Injil bukan merupakan suatu gerakan
indoktrinasi agama, juga bukan suatu pengajaran teoritis yang rasional saja,
ataupun gerakan perluasan norma-norma etika, melainkan Injil adalah semacam
peperangan rohani yang merebut manusia keluar dari aliran hidup Adam kembali
pada Yesus Kristus berdasarkan kuasa Tuhan.
C.
SIFAT
DASAR INJIL DI DALAM PEMBERITAAN
1. Sifat Paradoks
Injil sendiri memiliki sifat
paradoks, demikian pula pada waktu diberitakan, juga bersifat paradoks. Sebab itu, Injil memiliki sifat berparadoks
ganda. Inilah yang disebut kontradiksi secara eksternal, tetapi harmonis secara internal. Perhatikanlah bahwa orang yang tidak
menyadari akan kebutuhan Injil, sebenarnya adalah orang yang paling membutuhkan
Injil. Inilah yang disebut paradoks. Rasul Paulus mendengar seruan orang
Makedonia, lalu pergi ke sana, namun setelah sampai di sana, ia malah masuk
penjara (Kis. 16:4-40). Inilah juga yang
disebut paradoks dalam pemberitaan. Jika
kita menyadari akan sifat paradoks ini, maka kita tidak akan merasa putus asa
hanya karena ada orang yang menolak Injil yang kita beritakan.
2.
Sifat
Inisiatif
Orang yang memberitakan Injil harus
‘pergi’ dengan inisiatif. Tuhan bekerja secara berinisiatif, maka orang
yang berinisiatif memberitakan Injil semakin mengerti isi hati Tuhan, juga
semakin dekat dengan prinsip Alkitab.
Gereja yang semakin berapi-api, karena gereja itu dekat pada sifat dasar
Injil, yaitu sifat inisiatif.
3.
Sifat
Adaptasi (Fleksibel)
Meskipun Injil memiliki sifat yang
kekal (tidak berubah), namun di dalam pemberitaan Injil, metodenya harus sering
berubah sehingga dapat dikontekstualisasikan ke dalam lingkungan budaya
tertentu dan para pendengar yang berbeda.
4.
Sifat
Individual
Tujuan akhir dari mengabarkan Injil
adalah untuk menyentuh hati setiap pribadi yang mendengarnya, sehingga ia
merasakan relevansi cinta Allah di dalam Injil kepada dirinya. Oleh sebab itu, Alkitab sangat mementingkan
penginjilan pribadi.
5.
Sifat
Positif
Jika kita harus menanamkan pada
orang lain keyakinan yang sedalam-dalamnya bahwa Injil bersifat melampaui
kebudayaan dan rasio, dan berkuasa menyelesaikan segala masalah manusia, tentu
kita sendiri harus yakin secara positif bahwa Injil adalah jawaban dari segala
masalah manusia. Betapapun tua dan
tulennya suatu kebudayaan, pasti masih ada cacat-celanya, namun Injil dapat
menggali keluar dengan amat positif, hal-hal yang terdapat dalam kehidupan
manusia terdalam.
6.
Sifat
Memisahkan
Sebagaimana salib Kristus memisahkan
manusia menjadi dua, yang diwakili oleh kedua perampok itu, demikian juga
ketika Injil diberitakan, pasti akan memisahkan para pendengar menjadi dua
yaitu yang percaya dan tidak percaya.
7.
Sifat
Melahirkan Kembali
Injil pasti akan menghasilkan
orang-orang yang diselamatkan dan lahir baru, dan orang yang dilahirkan kembali
pasti juga akan menginjili serta menghasilkan orang-orang lain yang lahir baru
pula. Injil sama sekali tidak mungkin
berkurang atau melemah hanya karena penganiayaan, sebaliknya justru semakin
berkembang.
BAB
V
PRIBADI
PENGINJIL
A.
Memberitakan
Injil: Tugas Siapa?
Adalah salah jika mengatakan bahwa tugas pemberitaan
Injil merupakan tugas orang-orang tertentu saja (pendeta, majelis, penginjil,
komisi PI, dll). Alkitab dengan jelas
memberitahukan kepada kita bahwa pemberitaan Injil merupakan tugas semua orang
yang percaya
kepada Kristus.
1.
Semua orang percaya adalah ‘garam dan terang dunia’ (Mat. 5:13-16).
2. Kita adalah saksi Kristus (Kis. 1:8)
3.
Kita adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan dosa
supaya
memberitakan
karya Allah yang besar melalui Kristus (1 Ptr. 2:9)
4.
Perintah langsung Tuhan Yesus kepada murid-muridNya (Mat. 28:18-20).
B. Syarat-syarat Kepribadian Penginjil
Kebenaran
Injil dan kepribadian penginjil merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Meski pemberitaan Injil
menjadi tanggung jawab semua orang percaya, namun Alkitab telah memberitahukan
kepada kita, bahwa Allah memakai orang-orang khusus untuk menyampaikan
firman-Nya. Dalam Perjanjian Lama, kita melihat bahwa para nabi sering dipakai
Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada umat pilihan-Nya. Demikian pula dalam
Perjanjian Baru, ada utusan-utusan khusus yang dipakai untuk menyampaikan pesan
Allah (2Kor. 5:19-20).
Karena itu perlu mempertimbangkan syarat-syarat kepribadian jika seseorang
ingin ikut serta dalam pekerjaan-Nya, yaitu:
1.
Mengenal dan menerima
Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi.
Kita tidak mungkin dapat membawa orang
lain kepada Yesus Kristus, jika kita sendiri belum mengenal dan menerima Dia
sebagai Juruselamat pribadi. Prinsip ini
nampak jelas dalam kehidupan para rasul (Yoh. 15:27; Kis. 22:12-15; 1Yoh.
1:1-3).
2.
Memiliki keyakinan
kepastian akan keselamatan kekal.
Allah
menginginkan kita untuk memiliki keyakinan akan kehidupan kekal di dalam
Kristus (1Yoh. 5:13). Seseorang tidak
akan mungkin bisa mempercayai apa yang kita beritakan, jika kita sendiri tidak
yakin dengan apa yang kita katakan.
Jadi, kita harus terlebih dahulu memiliki keyakinan akan kepastian hidup
yang kekal itu.
3.
Memiliki tujuan hidup
yang seperti kehendak Allah (Rm. 11:36; Kis. 4:29-32).
4.
Rela berkorban demi
kehendak Allah berlaku dalam hidupnya (Rm. 5:1-11).
5.
Mengasihi Allah dan
Firman-Nya (Yoh. 13:14-17, 34-35).
6.
Siap melayani Tuhan
dalam segala kondisi (2Tim. 4:1-5).
7.
Mempercayai Allah untuk
keberhasilan pelaksanaan pelayanan-Nya (Yoh. 15:6;Neh. 2:20).
8.
Siap bekerja sama
dengan semua orang (1Kor. 3:6-9; Rm. 8:28; Pkh. 4:9-12).
9.
Mengasihi sesama dalam
kata dan perbuatan (Rm. 12:9-21).
10. Mampu
bertahan dan menang terhadap dosa dan godaan (Ayb. 28:28; Rm. 6:22;
7:21-26).
11.
Mendisiplin dirinya
untuk hidup saleh dan takut akan Allah (1 Kor. 9:24-27; 2 Tim. 2:1-13).
12.
Memiliki keberanian
karena sesungguhnya ia dipimpin oleh Roh Kudus
(2 Tim.
1:7-12;
Kis. 1:8; Rm. 8:16).
C. Mengapa
Kita Memberitakan Injil?
1.
Keadaan manusia yang
belum percaya kepada Yesus.
Manusia berkeadaan mati
di dalam dosa (Ef. 2:1). Dalam Yesaya
59:2, dosa itu telah menceraiberaikan manusia dari pada Allah, atau terpisah
dengan Allah yang adalah sumber kehidupan satu-satunya. Dan karena dosa itu, semua orang berada di
bawah hukuman Allah (Rm. 3:9-23; 6:23).
2. Beberapa sifat dan sikap manusia.
a.
Orang berdosa gemar melakukan yang jahat.
Mereka memberontak, melanggar setiap pernyataan dan kehendak Allah; malah
mereka demikian bermusuhan dengan Allah, sehingga sering membenci orang- orang
yang memihak pada Yesus (Ef. 2:1-3; Mat. 10:16-24; Yoh. 15:18-21).
b. Mereka
belum mempunyai pancaindera rohani. Mereka tidak dapat melihat ataupun mengerti
perkara-perkara rohani (Yohanes 3:3, 1Korintus 2:14) sehingga Injil Yesus
merupakan suatu kebodohan kepadanya (1Korintus 1:23). Si Iblis telah turut
terlibat dalam hal ini membuat pemikiran mereka lebih kacau lagi (2Korintus
4:4), tetapi manusia tetap menganggap dirinya cerdas (Roma 1:22). Karena mereka
memiliki hati yang bejat dan kehendak yang telah menyeleweng, orang-orang
berdosa lebih menyukai kegelapan tersebut; bahkan menikmatinya sehingga mereka
sering menolak sumber terang yang satu-satunya itu, yakni Yesus Kristus
(Yohanes 1:4-5, 1:9-11; 3:19-21).
c. Sia-sialah
segala usaha, amal dan kebenaran dirinya. Semua jalan keagamaan yang
ditempuhnya ternyata buntu (Efesus 2:8,9, Roma 3:20). Sama seperti nenek moyang
kita telah menukarkan Allah yang benar dengan patung-patung berhala buatan
tangannya (Roma 1:23), orang-orang berdosa sibuk menciptakan agama yang sesuai
dengan keinginannya sendiri. Hai
saudara, semua keterangan ini agak berat untuk diterimanya, bukan? Berdoalah
sejenak, ucapkanlah terima kasih kepada Yesus yang telah memindahkan saudara
keluar dari lumpur kecemaran yang sama dengan orang-orang berdosa yang lain
itu. Sungguh hidup baru dalam Yesus itu ringan, tetapi tidak ringan bagi Yesus
-- Ia harus disiksa untuk melepaskan saudara dari siksaan yang seharusnya
ditanggung oleh saudara.
3. Ladang Sudah Menguning.
Yohanes 4:35, “Bukankah kamu mengatakan:
Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah
sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk
dituai.”
4. Perintah
Allah Langsung .
Matius 28:18-20, “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di
bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
5.
Status Orang Percaya.
a.
Sebagai ‘Garam dan Terang Dunia’
(Mat. 5:13-16)
b.
Sebagai ‘Saksi’ (Kis. 1:8;
1Ptr. 2:9). Merupakan suatu keharusan
bagi seorang
‘Saksi’ untuk bersaksi. 1Korintus 9:16, “Karena jika aku memberitakan
Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah
keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”
D.
Motivasi
Memberitakan Injil
Motivasi
bukanlah tujuan, dan tujuan bukanlah motivasi.
Motivasi adalah penyebab yang menghasilkan suatu tindakan, dan tujuan
adalah hasil yang diharapkan dapat tercapai melalui tindakan itu. Motivasi yang murni adalah hal terpenting
yang harus dimiliki oleh penginjil, sehingga dapat menghasilkan sebuah tindakan
yang benar dan berhasil. Apakah
sebenarnya motivasi yang murni dalam penginjilan?
1.
Kehendak Allah.
Kehendak Allah berbeda dengan
pimpinan Roh Kudus, namun keduanya saling berhubungan. Pimpinan Roh Kudus akan
membawa seseorang memasuki kehendak Allah yang kekal. Pimpinan adalah sebuah
proses, sedangkan kehendak adalah ketetapan. Kehendak Allah adalah unsur yang
menentukan eksistensi dari segala sesuatu. Segala sesuatu yang telah direncanakan
dan ditetapkan di dalam hati Allah, yang melampaui waktu dan ruang adalah
hal-hal yang berhubungan dengan kekekalan. Kehendak Allah tidak perlu
dirundingkan dengan manusia.
Terlaksananya pun tidak bergantung pada kerja sama manusia
dengan-Nya. Dia adalah yang melakukan
segala sesuatu menurut kehendak sendiri.
Sebagaimana perintah raja harus dilaksanakan, terlebih lagi kehendak
Allah pasti digenapi-Nya. Dengan
demikian, pada saat kita memberitakan Injil, tidak mungkin tanpa ada hasil.
2. Pengutusan
Kristus.
Setelah
Tuhan Yesus menang atas kuasa maut, Dia lalu mengutus gereja-Nya untuk
memberitakan Injil (Mat. 28:19-20).
Rasul Paulus juga mengatakan demikian, “Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku
berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku
sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan
kepadaku” ( 1Kor. 9:17).
3. Dorongan
Kasih Kristus.
Apakah yang menyebabkan seorang tokoh besar
seperti Rasul Paulus rela menderita, dipukuli, dicaci-maki, dianiaya? Mungkin ia sendiri juga merasa heran akan hal
ini, sehingga mengatakan, “Sebab kasih
Kristus yang menguasai kami,...” (2Kor. 5:14). Dengan kasih Allah inilah juga, beribu-ribu
misionaris rela meninggalkan keluarga dan bangsa mereka dan menuju tempat yang
jauh untuk memberitakan Injil.
4. Perasaan
Berhutang.
Dalam Alkitab kita melihat adanya
hutang kemuliaan kita terhadap Allah, hutang kasih kita terhadap sesama, dan
lebih dari pada itu kita masih mempunyai hutang terhadap dunia ini, yaitu
hutang Injil. Rasul Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani,
maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada
orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil
kepada kamu…” (Rm. 1:14-15).
Perasaan hutang inilah yang senantiasa mendesak Paulus untuk
memberitakan Injil kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.
5. Pengharapan
Maranatha.
Alkitab berkata, “Dan Injil Kerajaan
ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Mat. 24:14). Berdasarkan ayat tersebut, maka jika kita
mengharapkan kedatangan Kristus kembali ke dunia ini, yang harus kita lakukan
adalah membuat semua orang mendengar Injil, dan jika sudah demikian barulah
tiba pada kesudahannya.
E. Efektifitas Seorang Penginjil
Efektifitas seorang penginjil bergantung pada
dua hal:
- Cara menyampaikan khotbah tentang berita Injil yang berlandaskan Alkitab harus jelas dan berbobot. Yang harus ditekankan; Allah atau Yesus berkata, bukan “saya rasa, kami percaya, gereja kami mengajarkan dan lain-lain.
- Berita Injil harus berpusat pada salib, di mana Yesus mati sebagai ganti kita yang berdosa.
F.
Dua Ukuran untuk Pemberitaan Injil
Setiap
usaha penginjilan harus diuji dengan dua ukuran, pertama: apakah usaha itu mempunyai tujuan tertentu; kedua: apakah usaha itu mempunyai arti
bagi dunia sekarang ini. Siapakah
teladan Penginjilan kita? Billy Graham,
Stephen Tong,…. Yesus adalah teladan kita yang sempurna. Sejak semula, tujuan hidup-Nya di dunia ini
ialah untuk menyatakan rencana Allah, inilah yang senantiasa
dipikirkan-Nya. Ia bertujuan untuk
menyelamatkan bagi-Nya suatu bangsa, dan membangun suatu jemaat rohani yang
tidak akan binasa
BAB VI
MEMBERITAKAN INJIL
A.
Orang Percaya adalah
Saksi
Kisah Para Rasul 1:18 mengatakan demikian, “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi." Bayangkanlah suatu
pengadilan…, seorang saksi dihadirkan tugasnya untuk menceritakan dengan jujur
dan benar apa yang diketahuinya saja. Ia
tidak perlu membela diri, berdebat atau berusaha meyakinkan orang lain. Bahkan ia tidak perlu menceritakan apa yang
dialami atau yang diketahui tentang masalah lain. Orang lain mau percaya atau
tidak, bukan masalah yang penting saksi tersebut telah menceritakan dengan
jujur dan benar. Ketidakpercayaan seseorang tidak akan mengubah kebenaran
menjadi salah atau keasliannya menjadi palsu.
Sedangkan untuk membela ada tugas orang lain lagi, yang kita sebut
dengan pengacara atau pembela. Orang ini dibekali berbagai ilmu dan ahli untuk
membela kliennya. Jadi jelas sekali, bersaksi cukup gampang bukan. Ceritakanlah
apa saja yang anda ketahui, yang penting ceritakan dengan jujur dan benar.
B. Menghilangkan
Kesukaran dalam Bersaksi
Tiga cara menghilangkan kesukaran dalam bersaksi:
1.
Bila kita mengetahui bahwa bersaksi itu tidak sama dengan memenangkan
jiwa, maka kesukaran yang pertama menjadi hilang.
2.
Bila kita mengetahui bahwa kuasa Roh Kudus menyertai kesaksian kita, maka
kesukaran yang kedua pun menjadi hilang.
3.
Bila kita mengetahui dengan tepat apa yang harus diperbuat dan dikatakan,
maka kesukaran yang ketiga juga akan hilang.
C. Keberhasilan Kesaksian Kristen
Keberhasilan kesaksian Kristen terletak dalam hal:
1. SADAR akan kehadiran Roh Kudus dan kesediaan-Nya
untuk menolong kita.
2. KETERGANTUNGAN kita pada pertolongan-Nya pada saat
kita bersaksi.
3.
PENGALAMAN yang bertambah meningkat, mengajarkan kepada kita bagaimana bergantung
kepada-Nya.
D. Persahabatan
1.
Memulai
Persahabatan
Perhatikan perkataan Rasul Paulus dalam 1Korintus 9:
19-23 berikut ini:
19Sungguhpun aku bebas terhadap semua
orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh
memenangkan sebanyak mungkin orang. 20Demikianlah bagi orang Yahudi aku
menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi
orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang
hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum
Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat 21Bagi orang-orang yang tidak hidup di
bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum
Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di
bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di
bawah hukum Taurat. 22Bagi
orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat
menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi
segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari
antara mereka .23Segala
sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.
Sebagian
besar orang menganggap bahwa membangun sebuah persahabatan merupakan hal yang
sulit. Beberapa dari mereka bahkan
menganggap bahwa ini buang-buang waktu saja, kalau bisa langsung PI mengapa
harus menjalin persahabatan.
Persahabatan dibangun agar kita tidak ditolak ketika
menyampaikan berita Injil.
Subyek Obyek
Ingat:
Setiap percakapan
adalah suatu kemungkinan untuk memberitakan Injil.
|
2.
Tujuan Persahabatan
a.
Menciptakan pendahuluan yang halus ke dalam Injil
·
Dinyatakan dengan sikap yang penuh
perhatian kepada orang yang diinjili.
·
Mewujudkan suasana yang hangat dan komunikatif.
·
Mencegah munculnya penolakan.
·
Memulai persahabatan ibarat seperti menaikkan pesawat terbang (tinggal
landas). Maksudnya diperlukan suatu perhatian penuh.
b.
Mengetahui latar belakang dan kegiatan kerohanian orang itu.
c.
Menciptakan keinginan untuk mendengarkan Injil. Ditunjang dengan sikap terbuka tatkala
kita menyaksikan kesaksian pribadi.
d.
Memperoleh hak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan Diagnostik.
·
Memastikan apakah kawan bicara telah memiliki hidup yang kekal.
·
Memastikan apa dasar kawan bicara untuk memperoleh hidup kekal.
3. Apa yang harus kita buat dalam persahabatan:
a. Kehidupan sehari-hari
·
Amati (waktu kunjungan)
ü Foto, piala, medali, dekorasi, dsb. Gambaran yang disukai.
ü Biasanya orang akan menempatkan benda yang dihargainya
agar dapat dilihat oleh orang lain.
ü Amatilah bahasa tubuhnya, apakah ia memberikan
respon positif.
·
Ajukan pertanyaan
ü Hindari pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
ü Pakailah cara seperti saudara sedang menguliti
bawang.
ü Gunakan kalimat “Bolehkah Anda menceritakan…..”
untuk lebih mengenalnya.
ü Cari bahan pembicaraan yang sedang hangat atau
menarik minat kawan bicara.
ü Buatlah kawan bicara Anda menjadi lebih terbuka.
·
Tenanglah dan dengarkan
ü Bukan hanya sekedar menunggu giliran untuk bicara.
ü Menanggapi dengan seluruh perhatian.
·
Berikan pujian yang tulus
b. Latar
Belakang Agama atau Rohani
c. Keaktifan
di dalam Kegiatan Rohani
d. Kesaksian
Pribadi
E. Kesaksian
Pribadi
Tiga hal yang harus ada untuk dapat bersaksi dengan efektif:
1. Pernah mengalami
2. Miliki hubungan yang akrab dengan Allah
3. Ketahui dan bergabung dengan Allah, di mana Ia
sedang bekerja
Tiga Unsur Utama yang harus ada dalam membuat
Kesaksian Pribadi:
1.
Keadaan saya sebelum
menerima hidup kekal.
Pikirkan
suatu konsep yang dapat menggambarkan keadaan hidup anda sebelum menerima hidup
kekal.
2. Bagaimana
saya memperoleh hidup kekal.
a.
Ceritakan secara singkat tentang proses menerima hidup kekal melalui seorang sahabat,
atau melalui peristiwa tertentu, jangan beberkan terlalu banyak.
b. Hindari istilah-istilah yang berbau
kekristenan, untuk menghindari penolakan.
3. Keadaan
saya setelah menerima hidup kekal.
F. Yang
Boleh dan Tidak Boleh
1.
Jangan membawa Alkitab besar waktu berkunjung
2.
Bersikaplah ramah, sopan dan jangan berlebihan
3.
Berpenampilan bersih dan rapi (pakaian, bau
badan, nafas
4. Hindari perdebatan atau adu argumentasi
Bahkan,
kapanpun, dimanapun, dan dengan cara bagaimanapun saya dipanggil Tuhan
(meninggal), saya yakin pasti masuk Surga.
BAB VII
METODE
PENGINJILAN
Sekarang ini telah ada banyak metode
penginjilan, dan hal itu bergantung pada kesempatan dan panggilan yang dimiliki
oleh setiap penginjil. Namun ada satu
hal pokok yang sama, yaitu bahwa seorang penginjil dipanggil dan diperlengkapi
secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum
percaya kepada Kristus.
A. Memberitakan Injil dengan Traktat
Pada
saat kita memberitakan Injil melalui khotbah atau PI pribadi (bertatap muka
langsung), terkadang berita itu akan hilang begitu saja di udara. Tetapi jika kita bersaksi melalui sebuah
traktat tidaklah demikian, kesaksian itu tetaplah hidup. Sebuah traktat dapat menyertai seseorang ke
mana saja ia pergi dan menunggu saat yang tepat untuk berbicara kepada hati
nurani orang tersebut.
Memang
benar, bahwa Allah dapat memakai sebuah buku, traktat, dan apa saja untuk
berbicara kepada seseorang. Namun ingat
bahwa Allah lebih suka memakai Anda untuk bersaksi.
1.
Memberitakan
Injil dengan traktat tanpa mendekati orang lain. Caranya:
Tinggalkan traktat di manapun yang Anda kehendaki.
2.
Memberitakan
Injil dengan traktat tanpa bertemu langsung dengan orang lain. Caranya: Kirimkan traktat kepada seseorang
yang Anda inginkan.
3.
Memberitakan
Injil dengan traktat karena Anda menarik perhatian orang lain. Caranya: Pakailah aksesoris tertentu
(lencana, gelang, dll) yang menimbulkan
minat bagi orang lain untuk bertanya (lih. Metode PI Pita Kuasa dan
Gelang Sukacita), kemudian
berikan traktat kepadanya.
4.
Memberitakan
Injil dengan traktat dengan cara bertemu orang lain secara langsung
dan berbicara
kepadanya, caranya:
a. Tariklah
perhatiannya, sedapat mungkin menjalin persahabatan singkat.
b. Berikan
beberapa pertanyaaan sebelum memberikan traktat, seperti:
·
Apakah bapak mengetahui
akan ke mana setelah kita meninggalkan dunia ini?
·
Apakah bapak
menginginkan kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera?
c. Penutup:
”Kalau begitu buku kecil ini sangat
cocok untuk bapak?” lalu berikan traktat.
B.
Jembatan Keselamatan
Hubungan antara: Allah
dan Manusia pada mulanya adalah baik
Hidup
Kekal
|
Kematian
Kekal
Semua manusia
berdosa (Rm. 3:23)
”Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”
Upah dosa
adalah maut (Rm. 6:23)
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi
karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Hukuman atas
dosa itu pasti (Ibr. 9:27)
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali
saja, dan sesudah itu dihakimi,”
|
Hidup
Kekal
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar
perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup
yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut
ke dalam hidup.” (Yoh. 5:24)
|
Kis. 4:12
Yoh. 14:6
|
Kematian
Kekal
Semua manusia
berdosa (Rm. 3:23)
”Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”
Upah dosa
adalah maut (Rm. 6:23)
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi
karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Hukuman atas
dosa itu pasti (Ibr. 9:27)
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali
saja, dan sesudah itu dihakimi,”
|
Yesaya 64:6
Efesus 2:8-9
|
Perbuatan baik
|
Pendidikan
|
Etika, moral, agama
|
Kematian
Kekal
Semua manusia
berdosa (Rm. 3:23)
”Karena semua orang telah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”
Upah dosa
adalah maut (Rm. 6:23)
“Sebab upah dosa ialah maut; tetapi
karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Hukuman atas
dosa itu pasti (Ibr. 9:27)
“Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali
saja, dan sesudah itu dihakimi,”
|
Yesaya 59:2
Wahyu 21:8
|
C. Empat
Hukum Rohani
Rahasia
Kebahagiaan Hidup dan Keselamatan Jiwa
Sebagaimana
ada hukum-hukum alam yang mengatur alam ini, demikian juga ada hukum-hukum
rohani yang mengatur hubungan kita dengan Tuhan Allah.
1.
Hukum yang Pertama: Tuhan Allah mengasihi
saudara, dan mempunyai suatu
rencana yang indah bagi hidup saudara.
Kasih Allah
Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Rencana Allah
Yohanes 10:10b, (Kristus berkata), "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (suatu kehidupan yang berarti dan penuh kebahagiaan).
Yohanes 10:10b, (Kristus berkata), "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (suatu kehidupan yang berarti dan penuh kebahagiaan).
Apakah
sebabnya banyak orang tidak dapat mengalami kehidupan yang berkelimpahan
dan penuh kebahagiaan ini?
|
2.
Hukum yang kedua: Manusia penuh dosa dan
terpisah dari Tuhan Allah,
sehingga ia tidak dapat mengetahui dan
mengalami kasih dan rencana Allah
bagi hidupnya.
Manusia Penuh Dosa
Roma
3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah."
Manusia Terpisah dari
Tuhan Allah
Roma
6:23, "Sebab upah dosa ialah maut . . ." (terpisah dari Allah
untuk selama-lamanya).
Tuhan Allah Maha Suci, sedangkan manusia penuh
dengan dosa. Karena itu, ada suatu
jurang pemisah antara Allah dengan manusia.
Dengan segala usahanya, manusia berusaha mencari Tuhan Allah dan
kehidupan yang penuh kebahagiaan melalui amal kebaikan, etika, moral, ibadah,
dan lain-lain. Namun usaha inipun gagal
disebabkan karena dosanya.
Bagaimanakah
permasalahan dosa manusia ini bisa diselesaikan?
|
3. Hukum
yang Ketiga: Yesus
Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan yang
telah ditentukan oleh Tuhan Allah untuk pengampunan
dosa manusia, melalui Dia,
kita dapat mengetahui dan mengalami kasih
dan rencana Allah bagi kita manusia.
Kristus Mati Ganti Kita
Roma
5:8, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
Kristus Telah Bangkit
dari Kematian
1Korintus
15:3-6, “… bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita… bahwa la telah
dikuburkan… bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan
Kitab Suci; bahwa la telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada
kedua belas muridNya. Sesudah itu, la
menampakkan diri kepada lebih dari 500 saudara sekaligus…"
Kristus Adalah
Satu-Satunya Jalan
Yohanes
14:6, Kata Yesus kepadanya, "Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku."
Allah
telah menjembatani jurang pemisah antara manusia dengan diri-Nya, dengan cara
Ia datang ke dalam dunia, menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus, untuk
mati di kayu salib, guna menggantikan hukuman bagi dosa-dosa kita.
Kita dapat keluar dari
permasalahan dosa dan memiliki hubungan yang baik kembali dengan Allah,
serta dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana-Nya bagi hidup kita
dengan cara………
|
4.
Hukum yang Keempat: Menerima Yesus Kristus
menjadi Juruselamat dan Tuhan
kita, sehingga dengan demikian, kita dapat keluar
dari permasalahan dosa dan
memiliki hubungan yang baik kembali dengan
Allah, serta mengetahui dan
mengalami kasih dan rencana-Nya bagi hidup
kita.
Menerima Kristus dengan
Iman
Efesus
2:8,9, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu,
jangan ada orang yang memegahkan diri."
Menerima Kristus dengan
Mengundangnya Secara Pribadi
Wahyu
3:20, (Kristus berkata), "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan
mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku
akan masuk mendapatkannya...."
Menerima Kristus
Menjadikan Diri Kita Anak Allah
Yohanes
1:12, "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya
menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya."
Menerima
Kristus berarti mengalihkan dari pengandalan diri sendiri kepada Yesus
Kristus, yaitu menyerahkan seluruh keberadaan kita, yaitu akal budi,
perasaan dan kemauan hanya kepada-Nya untuk memperoleh kehidupan yang
kekal.
|
Si “Aku”
atau diri sendiri bertakhta dalam hidup kita, sedangkan Kristus berada di luar
kehidupan kita. Segala keinginan kita
dikuasi oleh si “Aku,” dan sebagai
akibatnya menghasilkan kekacauan dan kekecewaan.
Kristus bertakhta di dalan hidup kita
dan si “Aku” turun takhta. Segala keinginan kita dikuasai oleh Kristus,
dan sebagai akibatnya menghasilkan kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera.
Ajaklah untuk berdoa:
Tuhan
Yesus, saya mengaku bahwa saya adalah orang berdosa dan tidak layak untuk
menerima hidup kekal. Ampunilah segala
dosa-dosa saya. Saya sadar bahwa usaha
yang saya lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal adalah sia-sia saja. Kini saya mau menerima Engkau sebagai
Juruselamat dan Tuhan dalam hidup saya, masuklah ke dalam hati saya dan
berkuasa dalam hidup saya.
Kuatkan dengan ayat-ayat berikut ini:
Yohanes
6:47, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Yohanes
5:24, ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari
dalam maut ke dalam hidup.”
D. Buku Tanpa Kata
Hijau
|
Melambangkan hidup yang penuh dengan damai sejahtera
dan kesegaran. Hubungan manusia dengan
Allah seperti sebuah pohon hijau yang tumbuh segar, sejuk dan indah
dipandang. Suatu hidup yang penuh dengan
damai sejahtera.
Hitam
|
Namun hubungan yang indah itu menjadi rusak oleh
karena dosa manusia. Manusia lebih
memilih kehendaknya sendiri ketimbang mengikuti kehendak Allah, yang akhirnya
membawanya ke dalam keterpurukan dosa.
Dan oleh karena dosa itu, manusia berada di bawah penghukuman Allah.
Merah
|
Syukur kepada Allah, karena Ia sendiri mau datang ke
dalam dunia ini. Ia menjadi manusia di
dalam diri Yesus Kristus untuk disalibkan dan mati guna menggantikan hukuman
atas dosa-dosa kita, sehingga kita memperoleh pembenaran. Namun Ia tidak hanya mati, pada hari yang
ketiga Ia bangkit, kemudian kembali ke Sorga, tempat kediaman-Nya.
Putih
|
Bagi
barangsiapa yang mau menerima-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan secara pribadi
akan mendapat pengampunan dan kelepasan dari dosa, sehingga hidup kita akan
menjadi suci dan layak untuk kembali menghampiri Allah.
Kuning
|
Lebih dari pada itu, kita diberi hak istimewa untuk
tinggal bersama-Nya di Sorga selama-lamanya.
Sungguh merupakan sesuatu hal yang menyenangkan bisa tinggal bersama
dengan Tuhan Allah di Sorga.
E. Pita Kuasa
Simpul Awal: Menggambarkan awal kehidupan manusia yang
memiliki hubungan yang erat dan indah dengan Allah
Warna Hitam: Menggambarkan kegelapan dosa. Manusia menjadi terpisah dengan Allah karena
dosa.
Warna Merah: Menggambarkan
darah Kristus, yang tercurah di kayu salib.
Allah datang ke dunia menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus untuk
disalibkan dan mati guna menggantikan hukuman atas dosa-dosa kita, sehingga
kita memperoleh pembenaran. Hubungan
yang telah terputus itu pun kembali pulih.
Warna Putih:
Menggambarkan kesucian hidup manusia. Pengampunan dan kelepasan manusia dari dosa
hanya dapat diperoleh ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dan Tuhan dalam hidupnya.
Dan dengan demikian hidupnya disucikan dari dosa.
Warna biru (warna air): Menggambarkan baptisan. Sebagai wujud pengakuan iman kepada Yesus
Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, seseorang perlu dibaptis.
Warna hijau (tumbuhan): Menggambarkan
pertumbuhan hidup dalam Kristus.
Pertumbuhan itu terjadi melalui membaca Alkitab, berdoa, bersekutu,
bersaksi.
Warna Kuning: Menggambarkan Sorga. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan
tinggal dalam kemuliaan bersama Allah di Sorga.
Simpul Akhir: Menggambarkan
akhir dari kehidupan manusia. Yang tidak
percaya kepada Yesus Kristus akan berada di bawah penghukuman kekal, tetapi
yang percaya kepada Yesus Kristus akan lolos dari penghukuman kekal dan tinggal
bersama-Nya di Sorga.
F. Gelang Sukacita
Tali Gelang:
Menggambarkan eratnya hubungan manusia dengan
Allah
Warna Hitam: Menggambarkan kegelapan dosa. Hubungan yang erat itu menjadi terputus
karena dosa manusia.
Warna Merah: Menggambarkan
darah Kristus, yang tercurah di kayu salib.
Allah datang ke dunia menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus untuk
disalibkan dan mati guna menggantikan hukuman atas dosa-dosa kita, sehingga
kita memperoleh pembenaran. Hubungan yang telah terputus itu pun kembali pulih.
Warna Putih:
Menggambarkan kesucian hidup manusia. Pengampunan dan kelepasan manusia dari dosa
hanya dapat diperoleh ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat dan Tuhan dalam hidupnya.
Dan dengan demikian hidupnya disucikan dari dosa.
Warna Kuning: Menggambarkan Sorga. Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan
tinggal dalam kemuliaan bersama Allah di Sorga.
Warna Hijau (tumbuhan): Menggambarkan
pertumbuhan hidup dalam Kristus.
Pertumbuhan itu terjadi melalui membaca Alkitab, berdoa, bersekutu,
bersaksi.
Warna Merah Muda (di
tengah):
Menggambarkan cinta
kasih/persekutuan. Kehidupan Kristen
diperkuat oleh kasih. Kasih merupakan
ciri utama bagi orang yang sudah percaya Kristus. Kasih itu harus nampak dalam kehidupannya.
G. Evangelism
Explosion (EE)
1. Persahabatan
a.
Kehidupan sehari-hari
b.
Latar Belakang Rohani
c.
Kegiatan Rohani
d.
Kesaksian Pribadi
e.
Dua Pertanyaan Diagnostik
1). Seandainya Anda meninggal
dunia hari ini, apakah Anda yakin pasti masuk Surga?
a). Yakin
-
Berikan pujian
-
Tanyakan pertanyaan diagnostik 2
b). Tidak
- Saya
mempunyai kabar baik tentunya untuk Anda jika ingin masuk ke Surga
-
Tanyakan pertanyaan diagnostik 2
2). Seandainya Anda meninggal
dunia hari ini dan berdiri di hadapan Allah, dan Allah
bertanya:
“Mengapa Aku harus mengijinkan Engkau masuk ke Surga-Ku?” Apakah
jawaban Anda?
a). Mengandalkan diri sendiri
(perbuatan baik)
- Harus sebaik apakah kita?
b). Mengandalkan Yesus
- Goyang: Apakah sesederhana
itu? Apa tidak perlu berbuat baik untuk
mendapatkan hidup kekal (Surga)? Harus sebaik apakah kita? Peragakan Injil dan muridkan….
c). Tidak tahu
- Sederhanakan: atas alasan apakah Tuhan
mengijinkan Anda masuk Surga?
- Pancing:
Orang akan mengatakan kita harus berbuat baik untuk masuk Surga, setuju?
Jika jawaban “Setuju” artinya mengandalkan diri, jika demikian “harus sebaik
apakah kita?”
Saya
mempunyai kabar baik untuk Bapak, Ibu, Sdra, Sdri, Mas, Mbak, ……. Apakah ada waktu untuk mendengarkan cerita
saya?
2. Penjelasan
a. Anugerah
1). Hidup kekal (Sorga) adalah
anugerah Allah
- Ayat: Roma 6:23b
2). Hidup kekal tidak didapat
karena usaha kita atau karena upah
- Ayat: Efesus 2:8-9
- Ilustrasi: Hadiah kawan
Makna rohani: hidup kekal adalah pemberian yang cuma-cuma dari Allah (gratis tak
perlu bayar) … Meskipun gratis, semua orang tidak dapat memperolehnya….
Kalimat Peralihan:
“Apakah yang menghalangi kita
menerima anugerah ini?” Yaitu DOSA
b. Manusia
1). Semua
manusia telah berbuat dosa
- Ayat:
Roma 3:23
-
Dialog: Apa itu dosa?
-
Ilustrasi: 3 dosa sehari
Orang baik hanya
berbuat dosa tiga kali dalam sehari.
Kalau sepuluh hari berarti 3x10 = 30. Kalau satu bulan berarti 30x3=
90. Jika satu tahun 90x12 = 1080. Ya kita bulatkan saja 1000. Jika Anda ingin hidup 70 tahun, maka selama
hidup, ia mengantongi dosa 70.000.
Makna rohani: orang baikpun kalau
dihitung menurut standar Allah, sangat banyak
dosanya
2). Dengan
usahanya, manusia tidak mungkin dapat menyelamatkan diri sendiri
- Dulu, saya juga berpikir demikian, untuk memperoleh
hidup kekal harus berbuat amal kebaikan.
- Dialog: harus
sebaik apakah kita?
- Tuntutan Allah adalah sempurna.
- Ayat: Matius 5:48
- Ilustrasi: telur busuk
Katakan saja, suatu ketika Anda datang
ke rumah saya bersama dengan rombongan sebanyak 15 orang. Dari mulai siang asyik mengobrol, dan tak
terasa telah larut malam, dan Anda harus pulang. Sebelum pulang, saya berniat untuk memberikan
makan, namun ternyata lauk tidak ada.
Lalu saya bertanya kepada Ibu, dan ia mengatakan bahwa hanya ada sepuluh
telur. Satu-satunya cara, telur itu
harus didadar, agar cukup untuk 15 orang.
Telur pertama hingga sembilan baik, tapi ketika telur kesepuluh dipecah,
ternyata busuk, namun sudah terlanjur tercampur…
Seandainya Bapak/Ibu/Mas…. Menjadi tuan
rumah, apakah layak menghidangkan telur yang busuk ini kepada teman Anda?
Makna rohani: satu dosa saja sudah
mencemari semua yang baik dalam kehidupan kita dan membuat kita tidak layak di
hadapan Tuhan.
-
Usaha manusia
mustahil
- Sisipkan pertanyaan “bagaimana caranya manusia bisa
keluar dari permasalahan dosa ini?”
Kalimat Peralihan:
Mari kita melihat bagaimana cara Allah?
c.
Allah
Dialog: Bagaimana sifat-sifat Allah itu? Apakah bisa memberikan contoh?
1).
Pengertian yang salah tentang Allah
- Tokoh Kakek : kasih tetapi
tidak adil
- Tokoh Polisi: Adil tetapi tidak kasih
2).
Pengertian yang benar
- Allah
adalah kasih (Yer. 31:30
- Allah
adalah adil (Kel. 34:7b)
- Ilustrasi
: Perampok bank
Suatu ketika, karena kondisi ekonomi
keluarga sedang sulit…. Saya memberanikan diri untuk merampok bank. Karena lupa menutup wajah, kamera CCTV
berhasil merekan aksi saya, dan suatu ketika saya diciduk oleh polisi. Kemudian diperhadapkan ke meja
pengadilan. Sebelum dijatuhi hukuman,
hakim memberi kesempatan saya untuk melakukan pembelaan diri. Lalu saya berkata, “Pak hakim kasihani saya,
baru sekali ini saya merampok, itu juga saya lakukan karena kondisi ekonomi
keluarga, lagi pula saya juga baru saya di PHK, uang inipun masih utuh, belum
saya pakai, dan uang ini akan saya kembalikan, hanya saja saya mohon bebaskan
saya dari hukuman ini?” Nah, sebagai hakim
yang adil, apakah saya akan dibebaskan?
Makna rohani: Allah adalah adil, maka setiap manusia yang berdosa
harus dihukum.
- Hukuman atas dosa manusia adalah maut.
-
Ayat: Roma 6:23a
-
Dilema: “Allah yang kasih tidak ingin menghukum umat-Nya, tetapi Ia
juga adalah Allah yang adil, yang mana harus menghukum manusia yang
berdosa. Bagaimana kasih dan adil ini
bisa bertemu?
- Ilustrasi:
Shamila
Ada kisah seorang jenderal bernama
Shamila, yang hidup pada zaman kekaisaran Tsar Rusia. Ia bermaksud menggulingkan kekaisaran karena
dinilai telah menyengsarakan rakyat.
Bersama dengan pasukannya, mereka hidup di tenda-tenda. Pada suatu ketika bahan makanan kecurian. Sang Jenderal sangat marah, karena persediaan
makanan terbatas, tapi masih ada yang berani mencuri bahan makanan
tersebut. Lalu ia mengeluarkan perintah,
“barangsiapa yang kedapatan mencuri harus dicambuk di muka umum sebanyak 50
kali.” Tidak lama setelah perintah itu
dikeluarkan, seorang prajurit datang dan menyampaikan berita bahwa pencuri
telah ketemu, namun sungguh memilukan karena pencuri itu adalah ibunya
sendiri. Sang Jenderal menghadapi
dilema, apakah hukuman ini harus dijalankan.
Di sisi lain ia harus mengasihi ibunya, tapi ia juga harus adil dan
hukuman harus dijalankan. Keesokan
harinya, ketika semua rakyat berkumpul untuk menyaksikan hukuman dijalankan, Ia
pun akhirnya maju ke depan memeluk
ibunya, melepaskan tali ikatan tangan ibunya, lalu menyuruhnya duduk, dan sang
jenderal menggantikan hukuman bagi ibunya tersebut.
Makna rohani: Kasih dan
keadilan dapat bertemu jika ada pengorbanan diri
Kalimat
Peralihan:
Allah menunjukkan kasih dan keadilan-Nya melalui pengorbanan diri-Nya
di dalam Yesus Kristus
d. Kristus
1). Siapakah Yesus? Yesus adalah Allah yang menjadi manusia
2). Apakah yang
dilakukan-Nya? Ijinkan saya untuk
memperagakannya dengan peragaan tangan saya…
Seandainya tangan kanan kiri saya adalah manusia (tunjukkan tangan kiri),
dan tangan kanan saya ini adalah Allah (angkat tangan kanan lebih tinggi dari kepala
kita). Tadi saya sudah menjelaskan bahwa
Allah ingin memberikan hidup yang kekal kepada kita secara cuma-cuma atau
gratis, namun ada yang menghalanginya, yaitu dosa.
Seandainya buku kecil ini adalah buku catatan tentang dosa-dosa kita
(tunjukkan sebuah buku kecil kepada orang yang kita injili), mungkin tidak akan
setipis ini? masih ingat orang yang baik itu tadi dosanya berapa? 70.000
dosa…., itu kalau sehari berbuat dosa tiga kali, tapi mana mungkin ada orang
yang sebaik itu, jadi jika dosa kita dicatat dalam sebuah buku pasti akan tebal
sekali. Nah, dosa inilah yang
menghalangi kita untuk menerima anugerah hidup kekal dari Allah.
Tadi saya juga sudah menjelaskan bahwa Allah adalah kasih, karena kasih
maka Dia ingin mengasihi manusia walaupun berdosa; namun harus diingat bahwa
Allah juga adalah Allah yang adil, dan karena adil maka Ia harus menghukum
manusia yang berdosa. Nah, di sini
sepertinya ada sebuah dilema bagaimana kasih dan adil ini bisa bertemu. Masih ingat dengan cerita Jenderal Shamila
tadi?.... (kalau masih ingat lanjutkan, kalau lupa ulangi sekali lagi)… Ya,
kasih dan adil ini bisa bertemu jika ada pengorbanan diri.
Untuk menunjukkan kasih dan keadilan-Nya, maka Allah turun ke dalam
dunia, menjadi manusia di dalam Yesus Kristus sama seperti kita (turunkan
tangan kanan sejajar dengan tangan kiri).
Coba perhatikan, ini manusia kita (tunjukkan tangan kiri), dan ini
manusia Yesus (tunjukkan tangan kanan), ada bedanya tidak? ( goyangkan kedua
tangan kita). Ya, manusia kita penuh
dengan dosa, sementara Yesus bersih tanpa dosa.
Kemudian dosa kita ini ditimpakan kepada Yesus (pindahkan buku catatan
dosa ke tangan kanan), sehingga Yesus yang tidak berdosa ini telah dibuat-Nya
menjadi berdosa karena kita, supaya kita dibenarkan di hadapan Allah.
Untuk menjalani hukuman atas dosa-dosa kita, Yesus rela untuk
disalibkan…. Sebelum mati Ia berkata, “sudah selesai” yang artinya bahwa semua
hukuman yang harus kita tanggung akibat dosa-dosa kita sudah selesai dikerjakan
oleh Yesus di kayu salib, sekali untuk selamanya. Lalu Ia mati dan dikuburkan (turunkan tangan
kanan), tetapi pada hari yang ketiga Ia bangkit, dan naik ke Surga (angkat
tangan kanan kembali lebih tinggi dari kepala kita, sementara buku catatan dosa
ditanggalkan). Di Sorga, Ia menawarkan
hidup kekal kepada kita, dan….
Kalimat
Peralihan:
Karunia
(anugerah) hidup kekal ini hanya dapat diterima melalui iman…
d.
Iman
Nah iman itu
ibarat sebuah kunci…. saya mempunyai banyak kunci (tunjukkan kunci, kalau bisa
terdiri dari empat kunci). Seandainya
saya bepergian keluar rumah, lalu saya pulang, apakah semua kunci ini bisa
membuka pintu depan rumah saya? Pasti tidak, hanya ada satu kunci saja yang
bisa membuka pintu rumah saya. Ini sama
dengan iman, hanya ada satu iman saja yang bisa membuka kunci Kerajaan Surga,
yaitu iman yang menyelamatkan. Nah jika
begitu, kunci-kunci yang lain ini (tunjukkan tiga kunci yang laen) ibarat iman
yang tidak menyelamatkan.
1). Iman yang tidak menyelamatkan, contohnya:
a). Melompat
dalam gelap
Makna
rohani: percaya tapi tidak tahu siapa yang dipercayai
b). Iman
berdasarkan akal saja
Makna rohani: tahu siapa yang dipercayai dan menyetujui,
namun tidak pernah
mengandalkan-Nya untuk memperoleh hidup yang kekal.
mengandalkan-Nya untuk memperoleh hidup yang kekal.
c). Iman yang
bersifat sementara
Makna rohani:
tahu, setuju dan mengandalkan Yesus, namun hanya untuk hal-hal yang bersifat
sementara saja, dan bukan untuk memperoleh hidup yang kekal.
2). Iman yang menyelamatkan
Artinya:
mengetahui atau mengenal Yesus dan mengandalkan Dia saja sebagai Juruselamat
dan Tuhan untuk memperoleh hidup yang kekal.
Ilustrasi
tentang Iman yang menyelamatkan:
a). Blondin
Di Amerika, hidup seorang pesulap
terkenal bernama Blondin. Ia sudah
sering melakukan adegan berbahaya. Namun
karena hal-hal itu telah dilakukannya berulang kali, mungkin membosankan bagi
orang lain. Suatu ketika, ia mengadakan
aksi yang spektakuler, dengan membentangkan seutas tali di atas air terjun
niagara, dan ia berjalan di atas tali tersebut.
Waw….seluruh penonton bersorak-sorai melihat aksinya. Kemudian, tidak hanya itu, lalu ia pun bertanya
kepada penonton, “siapa yang berani menemani saya duduk di kereta dorong ini
dan berjalan di atas tali ini menyeberangi air terjun?” Semua penonton terdiam, dan tak seorang pun
berani menerima tantangannya. Namun,
tiba-tiba, seorang anak kecil maju ke depan, lalu duduk di atas kereta dorong
tersebut, wah berani sekali anak kecil ini.
Begitu aksi ini selesai, beberapa penonton mendatangi sang anak tersebut
dan bertanya, “mengapa kamu berani sekali naik di atas kereta dorong
tersebut?” Jawabnya, “ya itu karena saya
adalah anaknya, saya sudah mengenal siapa bapak saya, dan saya yakin bapak saya
bisa melakukan hal ini.”
Makna rohani: Iman yang menyelamatkan adalah bukan hanya percaya di mulut, atau
persetujuan di akal saja, tetapi mempercayakan seluruh hidup kita pada Yesus
saja untuk memperoleh hidup yang kekal.
b). Kapal
Suatu ketika saya sedang berlayar dengan
sebuah perahu yang sudah tua…. Di tengah lautan, kapal itu diterpa badai dan
ombak, akhirnya pecahlah kapal itu…. Saya mencoba untuk menyelamatkan diri
dengan menumpang sebuah papan yang mengapung…. Setelah beberapa jam saya
terombang-ambingkan ombak, tiba-tiba lewatlah sebuah perahu yang besar…. Dan
mereka meminta saya untuk masuk ke dalam perahu tersebut dan membuang papan
kecil yang menjadi sandaran saya tadi…
Makna rohani: untuk selamat, maka kita harus melepaskan apa yang kita andalkan selama
ini dan hanya mengandalkan Yesus saja untuk memperoleh hidup yang kekal.
c). Tali –
benang
Makna rohani: Karya keselamatan Yesus adalah sempurna, satu kali untuk
selama-lamanya, tidak perlu menambahkan “sesuatu” (perbuatan baik) untuk
keselamatan kita.
Kalimat
Peralihan:
Apakah semua ini dapat Anda pahami? (Pertanyaan pertama “Penyerahan Diri”)
3.Penyerahan
Diri
a. Apakah
semua ini dapat Anda pahami?
1).
Belum (ulangi sekali lagi secara singkat)
2). Ya (lanjutkan)
b. Apakah
Anda mau menerima karunia hidup kekal ini?
- Kalau
mau terima (lanjutkan)
c. Penjelasan
penyerahan diri
1).
Menerima Yesus sebagai pemberi hadiah hidup kekal
2).
Alihkan dari pengandalan diri sendiri kepada Yesus sebagai Juruselamat
3).
Jadikan Yesus sebagai Tuhan dalam hati
4).
Bertobat
d. Doa penyerahan diri
1). Doa
pengantar
2). Doa
bersama (bersama dengan orang yang kita Injili)
3). Doa
untuk kepastian keselamatan
e. Kepastian
keselamatan
1). Baca Yohanes 6:47
2). Ilustrasi: Jabat tangan Romawi
3). Makna
rohani: Jaminan keselamatan kita berdasarkan janji dan
kesetiaan Allah yang kekal, bukan
kesetiaan kita yang rapuh.
4). Baca Yohanes 10:28
5). Ulangi dua pertanyaan diagnostik 1 dan 2
6). Selamat datang ke dalam Keluarga Allah
4.Tindak Lanjut
Langsung
a. Alkitab
b. Berdoa
c. Persekutuan
d. Berbakti
e.
Bersaksi