Selasa, 02 April 2013

Penginjilan Pribadi


BAB I
PENDAHULUAN
           
Dari beberapa alasan yang telah dikemukakan oleh orang-orang Kristen tentang mengapa mereka tidak melakukan tugas penginjilan yang telah diamanatkan Tuhan itu,  alasan yang paling banyak dikemukakan adalah karena mereka tidak tahu bagaimana cara melakukannya.  Mata kuliah ini akan menolong kita untuk dapat menyampaikan berita Injil dengan luwes dan mudah diterima oleh siapapun yang mendengarnya.

A.      Penjelasan mengenai Istilah-istilah dalam Ilmu PI
1.    Kerugtik , dari bahasa Yunani ‘kerugma’ artinya berita, pemberitaan.
2.    Matheteutik, dari bahasa Yunani ‘matheteuo’ artinya menjadikan murid.
3.    Halieutik, dari bahasa Yunani ‘halieuo’ artinya menjala ikan.
4.    Auxanik, dari bahasa Yunani ‘auxano’ artinya bertumbuh, bertambah, menumbuhkan, menambahkan.
5.    Prosthetik, dari bahasa Yunani ‘prosthitemi’ artinya menambah.
6.    Propagandik, dari bahasa Latin ‘propagare’ artinya meluaskan, menambahkan.
7.      Evangelistik/Ilmu PI, dari bahasa Yunani ‘euanggelizomai’ yang artinya mengabarkan Injil, membawa kabar baik (Yunani ‘euanggelion,’ atau Latin ‘evangelium’ = Injil, Kabar Baik). Evangelistik menyelidiki kegiatan yang biasanya disebut dengan istilah ‘evangelisasi’ (penginjilan, perbuatan membawa atau melayankan Injil).
8.      Apostolat (apostolik, ataupun apostologi). Berasal dari istilah Yunani ‘apostole’ artinya pengutusan atau kerasulan (jabatan rasul, mis. Kis. 1:25; Rm. 1:5).  Kata kerjanya ‘apostello’ artinya mengutus.  Arti kata apostolos adalah utusan (secara umum) atau rasul (secara khusus, jabatan untuk beberapa orang saja, mis. Kis. 1:2).  Sebutan ‘rasul’ atau ‘apostolos’ dalam bahasa Yunani artinya “Seorang utusan.”  Kata ini dipakai untuk menyebut orang yang diutus pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk menjalankan suatu tugas tertentu.  Sebutan ‘rasul’ juga memiliki arti dasar ‘Orang yang diutus sebagai wakil orang lain, dengan kuasa dan otoritas seorang wakil.  Kuasa dan otoritas itu diperolehnya dari orang yang mengutusnya.’  Mereka seperti duta besar yang mewakili suatu negara.  Jadi, seorang apostolos adalah utusan yang berbicara atau bergiat atas nama pengutusnya.
9.      Misiologi, diambil dari bhs Latin ‘missio’ yang berarti pengutusan.  Istilah ini sama dengan kata Yunani ‘apostole.’  Hanya sebutan misionaris tidak dimaksudkan untuk seorang rasul, melainkan seorang utusan secara umum. Kemudian, dalam bahasa Belanda, kata “missio” diterjemahkan menjadi ‘zending’ (pengutusan).  Sama halnya dengan kata ‘missio’ yang adalah juga “zending,” maka istilah “Ilmu Zending” juga sama dengan ‘Misiologi.’ Dalam bahasa Yunani, ada dua kata yang berkaitan dengan pengutusan (missio), yaitu ‘apostello’ (mengutus) dan ‘pempo’ (mengirim). Perhatikan dua kata itu dipakai secara bersamaan dalam Yohanes 20:21, “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga  sekarang Aku mengutus kamu’ (Ei=pen ou=n auvtoi/j o` VIhsou/j pa,lin( Eivrh,nh u`mi/n\ kaqw.j avpe,stalke,n me o` path,r( kavgw. pe,mpw u`ma/j. Dua kata dipakai bersamaan dalam satu ayat ini, avpe,stalke,n (dari kata dasar apostello = mengutus) dan pe,mpw (mengirim). Berdasarkan Yohanes 20:21, maka istilah ‘missio’ (pengutusan) mempunyai tiga pembedaan, yaitu:
  1. Missio Dei (pengutusan oleh Allah).  Allah bertindak sebagai subjek segala pengutusan, terutama pengutusan Anak-Nya.  Dialah Pengutus Agung.
  2. Missio Filii (pengutusan oleh Anak).  Yesus Kristus diutus (dalam arti khusus Dia-lah yang disebut Missio Dei), tetapi juga mengutus, yaitu para rasul dan gereja-Nya.
  3. Missio Ecclesiae (pengutusan oleh gereja).  Pengutusan oleh Allah dan Anak dilanjutkan dengan pengutusan oleh gereja.

Meskipun ada tiga ‘pembedaan missio,’ namun sebenarnya memiliki satu kesamaan, yaitu bahwa sumber pengutus utama adalah Allah.  Seorang penginjil yang diutus oleh gereja, sebenarnya gereja diutus melalui rasul-rasul oleh Yesus Kristus, dan Yesus sendiri diutus juga (hanya pengutusan-Nya berbeda dengan pengutusan gereja).  Oleh sebab itu, hendaklah kita menghormati Tuhan sebagai Pengutus Utama, dan dengan demikian Ia melaksanakan rencana penyelamatan-Nya.

Berdasarkan penjelasan dari berbagai macam istilah tersebut di atas, maka sebenarnya tidak ada perbedaan yang mendasar mengenai istilah-istilah itu.  Jika dikaji lebih dalam, masing-masing juga menaruh perhatian pada pengutusan dan pekabaran Injil.  Persoalannya ialah bahwa semua nama-nama tersebut telah memperoleh tambahan arti dari konteks penggunaannya, sehingga perlu bijaksana di dalam memberi nama bagi Ilmu Pekabaran Injil.  Biasanya nama yang dipilih ialah Misiologi atau Ilmu PI.

B.       Pengertian Mission – Missions – Evangelism
Mission (Misi) :  God’s program for human
                                    MISSIO DEI / MISI ALLAH
Missions          :  the task of mission
                                   PELAYANAN
Evangelism     :  Usaha menjelaskan kabar baik tentang Yesus Kristus dan karya
                                    penebusan-Nya bagi dunia (Rm. 1:16; 1 Kor. 15:1-4)
                                   PENGINJILAN 

C.      PI Pribadi dan Misiologi
Biasanya memang dibedakan antara Mata Kuliah Misiologi dan PI Pribadi (di sekolah teologi lain disebut Metode PI).  Perbedaannya terletak pada cakupan pembahasan dari keduanya.  Seperti namanya ‘misiologi,’ maka disiplin ilmu ini membahas mengenai sejarah perkembangan misi atau pekabaran Injil mulai dari abad permulaan hingga sekarang ini.  Misiologi juga membahas mengenai Injil itu sendiri, yaitu dasar-dasar PI, isi PI, tujuan PI, dan lain-lain.  Istilah missio yang berarti pengutusan, terkait dengan pribadi yang diutus untuk memberitakan Injil dalam budaya tertentu, sehingga dalam misiologi juga membicarakan mengenai ‘kontekstualisasi Injil dalam budaya setempat.
Sedangkan dalam PI Pribadi, pembahasannya lebih spesifik, yaitu mengenai Allah (sumber pengutus), pribadi penginjil (subyek) dan orang yang diinjili (obyek). Maksudnya ialah bagaimana orang percaya sebagai pribadi yang mendapat mandat dari Allah itu bisa mengemas berita Injil dengan berbagai metode yang ada, untuk selanjutnya disampaikan kepada orang-orang yang belum percaya. 
Dengan demikian, hubungan keduanya (Misiologi dan PI Pribadi) tak dapat dipisahkan.  Jika Misiologi menjadi perintis untuk masuk ke dalam budaya tertentu, dengan pengenalan budaya setempat, maka PI Pribadi merupakan senjata tempur untuk mengalahkan para ‘musuh’ (memenangkan orang-orang yang belum percaya), dengan berbagai metode PI yang ada.

D.      Tempatnya dalam Peta Ilmu Teologi
  PI Pribadi



Penjelasan:
Teologia Biblika (Biblical Theology)
     Suatu ilmu yang berusaha menguraikan kondisi perkembangan secara historis (secara progresif) penyataan diri Allah yang ada di dalam Alkitab.  Sumber dari teologi biblika hanyalah Alkitab sebagai Penyataan Khusus dari Allah.  Contoh:  Teologi PL, Teologi PB, Teologi Pentateuks, Teologi Paulus, Teologi Yohanes, dll.
Teologia Historika (Historical Theology)
Suatu ilmu yang berusaha membahas awal mula, perkembangan dan penyebaran ke-Kristenan, termasuk di dalamnya semua doktrin, organisasi dan kebiasaannya, termasuk di dalamnya sejarah alkitab, sejarah gereja, sejarah pekabaran injil, sejarah ajaran dan pengakuan iman.  Contoh:  Teologi Purbakala (abad 1 – th. 590 CE); Teologi Abad Pertengahan (th. 590 – 1571 CE), Teologi Reformasi (th. 1571 – 1750 CE), Teologi Modern/Kontemporer (th. 1750 – Sekarang).  Teologi Kontemporer itu di antaranya: Teologi Liberal, Neo- Ortodoks, Radikal, Sosialis.

Teologia Sistematika (Systematical Theology)
     Teologia sistematika berusaha mempergunakan bahan-bahan yang telah disajikan oleh teologi biblika dan historika, menata atau menyusun bahan-bahan itu sedemikian rupa dalam suatu tatanan yang logis dan sistematis, berdasarkan tema-tema tertentu.  Jadi, teologi sistematika juga memakai sumber-sumber lain di luar Alkitab (penyataan umum).  Contoh:  Bibliologi, Teologi Proper, Anthropologi, Hamartiologi, Soteriologi, Pneumatologi, Angelologi, Eskatologi, Ekklesiologi.

Teologia Praktika (Practical Theology)
Suatu ilmu teologi yang berusaha membahas penerapan telogi terhadap pembaharuan, pengudusan, pembinaan, pendidikan dan pelayanan umat manusia.  Contoh:  Pastoralia, Homelitika, Liturgika, Katekisasi, Penginjilan, Hukum Gereja.


BAB II
PENGERTIAN DAN DEFINISI PENGINJILAN

Pada hakekatnya, penginjilan adalah bagian hakiki dari kehidupan bergereja. Namun faktanya, terdapat banyak kebingungan dalam pemahaman mengenai penginjilan. Ada yang memahami penginjilan hanya sebagai tugas pendeta, misionaris. Ada juga yang memahami penginjilan sebagai upaya “kristenisasi”. Bahkan ada kelompok tertentu yang begitu alergi ketika mendengar kata, “penginjilan”.
Lalu apakah penginjilan itu sebenarnya? Berikut ini akan dikemukakan pengertian dan defenisi tentang penginjilan.

A.  Pengertian Penginjilan
Pada dasarnya, kata “penginjilan” dibentuk dari kata dasar “Injil”. Bahasa Yunani, “Eunggalion”. Dalam bahasa Latin, “evangelium”. Kata ini dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “kabar baik” atau “kabar bahagia”. Sedangkan “penginjilan” dalam bahasa Yunani “eunggelizomai”, yang dapat diartikan, “membawa kabar baik”.
Eunggalion pada awalnya adalah istilah dalam bidang kemiliteran, yang menunjuk pada upah yang diberikan kepada seseorang pembawa berita kemenangan dari medan pertempuran. Pada waktu Alkitab Perjanjian Baru ditulis, para penulisnya meminjam istilah ini untuk menjelaskan berita sukacita atau kabar baik dari Allah tentang Yesus Kristus dan karyaNya bagi dunia (Roma 1:16; I Korintus 15:4).
Bagi orang Kristen, inti kabar baik ini adalah Yesus Kristus. Dalam hal ini, kita dapat mengartikan penginjilan sebagai tindakan Allah dalam memberikan tugas kepada hamba-hambaNya untuk memberitakan kabar baik dalam namaNya kepada orang-orang yang tersesat karena dosa, untuk selanjutnya dibawa ke dalam kerajaan sorga untuk menjadikan mereka warga kerajaan sorga yang  bertanggung jawab.



B. Definisi Penginjilan
Dalam perkembangan tentang penginjilan, timbul beragam pemahaman di sekitar penginjilan itu sendiri. Mengapa hal ini terjadi? Dari berbagai alasan, ada satu hal utama yang perlu diketahui, yaitu kebiasaan orang untuk mendefinisikan penginjilan bukan berdasarkan berita Injil itu sendiri, tetapi pada pengaruh yang dihasilkan terhadap pendengar Injil. Dengan kata lain, penginjilan terlalu menekankan segi pertobatan orang yang mendengarkan, bukan pada apakah Injil itu sudah disampaikan secara baik dan benar atau belum.
Lalu bagaimana definisi yang baik tentang penginjilan itu? Hal pertama yang harus diingat ketika mendefinisikan tentang penginjilan adalah jangan melupakan peran Allah di dalamnya. Mengapa demikian? Karena penginjilan itu pada hakekatnya adalah prakarsa atau inisiatif Allah. Manusia hanya melaksanakan prakarsa Allah tersebut.
Berikut ini adalah definisi-definisi tentang penginjilan dari beberapa pakar penginjilan:
1.   Henk Venema:
Penginjilan adalah pelaksanaan perintah jabatani yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada gereja dalam nama BapaNya, yaitu untuk menyebarkan Injil kerajaan dalam zaman Roh Kudus ini, menjadi kesaksian bagi semua bangsa sampai ke ujung-ujung bumi. Pelaksanaan perintah ini bermaksud supaya melalui iman dan pertobatan, orang-orang kafir dimasukkan ke dalam jemaat Kristus oleh baptisan, dan belajar melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Kristus kepada mereka semua dengan tujuan supaya Allah Tritunggal menerima puji-pujian  yang sepatutnya secara kekal dari kehidupan bangsa-bangsa.
  1. J. Packer
Penginjilan berarti memberitakan Injil, kabar baik. Penginjilan adalah komunikasi yang dilakukan orang Kristen sebagai penyambung lidah Allah yang menyampaikan berita pengampunan kepada orang berdosa.
  1. J. H. Bavinck
Penginjilan adalah kegiatan gereja yang sebenarnya tidak lain dari kegiatan besar Kristus sendiri yang dilakukanNya melalui gereja, yaitu pada zaman ini. Gereja memanggil bangsa-bangsa supaya mereka bertobat dan percaya kepada Kristus dan dijadikan muridNya dan oleh baptisan dimasukkan ke dalam persekutuan semua orang yang menantikan kedatangannya.
  1. David J. Bosch
Penginjilan adalah prakarsa Allah yang melibatkan orang-orang percaya tentang apa yang telah, sedang dan akan diperbuat Allah.
  1. Yakob Tomatala
Penginjilan adalah rancangan dan karya Allah yang menghimpun bagi diriNya orang-orang yang bersekutu, menyembah dan melayaniNya secara utuh dan serasi.
  1. C. Peter Wagner
Penginjilan adalah penyampaian kabar baik. Maksud dari pekabaran Injil adalah untuk memberi kesempatan kepada semua orang, kesempatan yang memadai untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan melayaniNya dalam persekutuan dengan gerejaNya.
 Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka esensi atau inti dari penginjilan bukan hanya sekedar pertobatan. Menghasilkan pertobatan memang adalah merupakan tujuan dari penginjilan, namun hasil penginjilan (pertobatan) tidak tergantung pada hikmat dan kekuatan manusia, tetapi kehendak Allah (I Korintus 2:1-5).
Karena itu dalam penginjilan, jangan ada yang berbangga dan bersikap congkak dengan mengatakan “saya sudah membuat banyak orang bertobat!”. Mengapa? Karena pertobatan itu adalah perbuatan Allah. Sebagai anak-anak Allah, kita hanya melaksanakan tugas penginjilan dan menyerahkan hasilnya kepada Allah sambil terus berdoa.

C.      Makna dari Definisi Penginjilan
1.         Kuasa Roh Kudus (Allah) adalah dasar bagi proses, pelaksanaan dan pencapaian
              tugas misi dan penginjilan.
2.         Umat Allah (gereja) adalah subyek dan penanggung jawab utama sebagai mandataris Allah dalam misi-Nya yang harus diwujudkannya melalui penginjilan, sehingga gereja bertanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas penginjilan yang harus dilaksanakan secara konsekuen.
3.         Yesus Kristus adalah isi, inti, hakikat serta dinamika penginjilan.  Yesus Kristus
adalah pusat berita (kerygma) yang mengintegrasikan/menyatukan segala unsur di
              dalamnya.
4.         Orang-orang berdosa secara pribadi atau kelompok adalah fokus utama serta sasaran dari penginjilan, di mana mereka memiliki hak yang sama untuk mendengar berita sukacita yang membawa shalom dari Allah dalam Injil.




BAB III
APA ITU PENGINJILAN PRIBADI?

Penginjilan tidak dapat dipisahkan dari panggilan dan pengutusan jemaat, khususnya setiap orang percaya, sebab hakikat jemaat adalah suatu komunitas (persekutuan) yang hidup, persekutuan di dalam dan dengan Kristus. Kristus adalah satu-satunya sumber penghiburan dan pengharapan, bahkan dasar motivasi serta pusat kesaksian dan pelayanan jemaat. Karena kekuasaan dan kasih Kristus tidak terbatas pada manusia atau pada wilayah kehidupan tertentu tetapi mencakup seluruh ciptaan Allah.
Di dalam Penginjilan Pribadi, setiap orang harus menjadi subjek dalam melaksanakan PI, sebab sebagai anak Allah, ia telah menjadi manusia baru, ciptaan baru, walaupun ia manusia berdosa. Sebagai subjek ia melaksanakan amanat Tuhan seperti yang dikatakan “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya …” (2 Tim. 4:2).

A. Penginjilan Pribadi Sebagai Metode
Pekabaran Injil akan sangat berhasil bila dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode penginjilan yang tepat dan akurat. Karena berbicara tentang metode berarti menentukan dengan benar cara-cara yang tepat, yang akan digunakan dalam menyampaikan berita Injil.
Menurut Eka Darmaputra, metode  PI yang pertama dan utama adalah “PI  dari  pribadi ke pribadi”. PI yang dilakukan dengan cara membina  hubungan  antara  pribadi dengan pribadi. Berkaitan dengan metode ini, Carl Henry merngatakan bahwa “inisiatif pendekatan orang per orang bagi setiap orang percaya masih merupakan cara yang sangat menjanjikan dalam penginjilan di dunia pada abad ini”.  Ada sementara orang yang mempertanyakan keabsahan dari penginjilan dengan cara orang per orang, mungkin yang menjadi pertanyaan adalah adanya tekanan dalam pendekatan ini, mental “lone Ranger” (memaksakan/kasar) mungkin juga penyebabnya. “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku agar dunia tahu bahwa Engkau yang mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka sama seperti Engkau mengasihi Aku” (Yoh. 17:23).
Tubuh orang percaya disatukan lewat latar belakang etnis dan ekonomi yang berbeda, jika itu disatukan, setiap kepribadian dan daya tarik masing-masing akan seperti lampu pijar yang menerangi seluruh dunia. Kesatuan yang indah dalam perbedaan dalam tubuh Kristus bisa meyakinkan orang lain yang tidak percaya bahwa Yesus Kristus memang diutus oleh Allah. Ada kelompok Kristen yang “vocal” yang melakukan penginjilan yang dinamis, mereka menyatakan bahwa individu-individu dalam kelompok kadang tidak menyatakan Injil, sehingga hasilnya penginjilan yang lemah.
Dalam Alkitab (scripture) dapat ditemui gaya pengabaran Injil secara orang per orang. Yesus sendiri secara konstan berbagi dengan orang-orang yang mengikutNya. Ia memberikan mereka makna hidup bagi kehidupan mereka setiap hari. Kristus berjanji bagi para murid atau pengikutNya bahwa Ia akan menjadikan mereka penjala manusia dan mengutus mereka untuk menyebarkan berita sukacita (Mrk 6:7-13; Luk 10:1-24).
Pada gereja mula-mula para rasul dilibatkan dalam penyebaran Injil. Bahkan, seorang pemimpin gereja, Filipus diperintahkan Allah untuk meninggalkan pelayanannya yang berhasil untuk berbicara dengan seseorang yang mencari Allah (Sida-sida Etiopia, lihat Kis. 8:26-40).

B. Penginjilan Pribadi dalam Alkitab
Paulus  mempercayakan tanggung jawab semua orang percaya pada para rasul dengan menyatakan bahwa rekonsiliasi pelayanan telah diberikan kepada mereka (2 Kor. 5:17-20). Allah memberikan kemampuan penginjilan bagi orang-orang tertentu bukan karena mereka mampu melakukannya tetapi untuk menyatukan setiap orang percaya dalam satu Tubuh Kristus untuk melakukan pelayanan ( Ef. 4:11-12).
Setiap pendekatan dalam penginjilan (baik dalam kelompok kecil, studi Alkitab, preaching atau kotbah, dan melalui berbagai media lainnya) diperlukan sebagai pertahanan pribadi setiap orang, karenanya setiap orang percaya harus lebih sering berbicara dengan semua orang yang bukan Kristen untuk menjelaskan keyakinannya, dan penting bagi orang itu untuk percaya. Keunggulan metode ini adalah  sebagai  berikut:
a.    Tidak mudah menjadi batu sandungan.
b.    Memungkinkan orang untuk lebih mudah menjelaskan Yesus dalam dialog yang saling menghormati.
c.    Memungkinkan orang mengambil keputusan secara bebas dan sadar.
d.   Memungkinkan banyak atau semua orang Kristen ikut serta.

Agar tujuan atau sasaran dari the great planning of God ini tercapai maka yang harus dilakukan dalam strategi ini adalah: Pertama, mutlak dan penting menciptakan dan menumbuhkan image atau citra yang baik tentang kehidupan Kristiani. “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang” artinya menjadikan kehidupan kristiani itu indah dan  menarik.  Keindahan  ini  harus  nampak,  baik   secara pribadi maupun secara kelompok/persekutuan, sehingga menjadi suatu pemberitaan Injil yang hidup. Tentu yang akan terjadi adalah munculnya hubungan antar pribadi, untuk itu ciptakanlah persahabatan yang sejati dan bukan “ada udang dibalik batu”. Maksudnya menciptakan persahabatan hanya untuk mengkristenkan saja, kalau tidak menjadi Kristen tidak lagi bersahabat.
Kedua, adalah mencermati dengan seksama peta atau wilayah di mana Injil ini akan disampaikan. Hal ini penting dalam rangka memperhitungkan dampak terhadap mereka yang menjadi Kristen, sebab menjadi Kristen resikonya adalah dibenci, diintimidasi, ditindas dan dianiaya. Contoh menginjili di daerah Sumatera Selatan atau di Aceh yang nyata-nyata wilayah mayoritas Umat Muslim akan menjadi hambatan dan bahkan ancaman. Perlu dicatat dalam pengutusan, Yesus mengingatkan “kamu di utus bagaikan domba di antara serigala, namun kamu harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Mat.10:16). Peringatan ini menunjukan setiap PI yang dilakukan harus memperhitungkan segala sesuatu dan jangan bertindak konyol.
Ketiga, adalah efektif juga bila dilakukan melalui media pelayanan Rumah Sakit, Lembaga Pemasyarakatan dan Pendidikan Sekolah (dari SD sampai ke Perguruan Tinggi). Secara umum dapat dikatakan bahwa Pemberitaan Injil adalah suatu kegiatan yang sadar dan sengaja dilaksanakan agar orang lain dapat memahami serta menerima apa yang disampaikan melalui pemberitaan itu. Hal penting yang harus diingat bahwa dalam pekabaran Injil ini bukan tujuan utama meng’kristen’kan orang tetapi meng’Kristus’kan orang, artinya mempertemukan orang dengan Kristus sebagai Juruselamat pribadinya.



BAB IV
APAKAH INJIL ITU?


Jika kita berbicara tentang ‘Injil,’ itu artinya bahwa kita sedang membicarakan sesuatu yang sangat menggembirakan dan ditunggu oleh banyak orang di dunia ini.  Kata “Injil” berasal dari bahasa Yunani “euaggeliwn (euangelion),” yang artinya “Kabar baik.”  Asal-usul istilah ini dipakai untuk menunjuk kepada berita seorang pembawa pesan yang diutus pulang dari medan perang guna menyampaikan kabar kemenangan.  Berita kabar kemenangan itulah yang disebut “euangelion” (kabar baik).
Dalam dunia Kristen, istilah euangelion (Injil) menunjuk kepada kabar baik bahwa Allah telah turun ke dunia dalam diri Yesus Kristus, untuk mati bagi dosa-dosa manusia, kemudian bangkit dari kematian dan kembali naik ke Sorga (1Kor. 15:3-4).   Ini benar-benar kabar baik bagi semua orang, sehingga kita perlu menyampaikannya kepada mereka.

A.      SIFAT DASAR INJIL
1.      Injil Bersifat Menebus
   Keselamatan di dalam Yesus Kristus telah mempersatukan manusia dengan Allah.  Ini jauh melampaui semua pengajaran tentang penebusan di dalam agama-agama lain, baik dalam sifat kesempurnaan maupun sifat ketetapan, agama-agama lain hanya memiliki konsep penggantian (substitusi) yang kabur.
a.       Kematian Yesus Kristus merupakan korban yang bersifat menggantikan/ the        sacrifice of substitution (2Kor. 5:21; 1Ptr. 3:18; 2:24).
b.      Kematian Yesus Kristus merupakan korban yang bersifat meredakan murka Allah/ the sacrifice of propitiation (1Tes. 5:9).
c.         Kematian Yesus merupakan korban yang bersifat menanggung hukuman, yang seharusnya dijatuhkan kepada manusia oleh karena dosa-dosanya/ the sacrifice of retribution (Why. 1:5; 5:9; 1Kor. 6:20; 1Ptr. 1:18).
d.        Kematian Yesus Kristus merupakan korban yang bersifat memperdamaikan/ the sacrifice of reconciliation (2Kor. 5:18-19; Ibr. 2:17).
2.    Injil Bersifat Esa
            Kristus yang adalah satu-satunya kebenaran sejati itu (Yoh. 14:6; Kis. 4:12) adalah Allah yang esa (1Tim. 2:5).
3.    Injil Bersifat Sempurna
            Injil tidak perlu ditambahi sesuatu agar menjadi sempurna, karena dirinya sendiri sudah sempurna.
4.    Injil Bersifat Mutlak
Karena Kristus adalah Allah, maka Ia sendiri berada di alam kemutlakan.  Maka dari itu, seluruh rencana-Nya bukanlah peristiwa yang terjadi secara kebetulan dalam sejarah, bukan hasil falsafah manusia, juga bukan merupakan hasil kebudayaan, melainkan adalah kehendak Allah yang telah ditetapkan dalam kekekalan.  Sebab itu, Injil pasti bersifat mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi.

B.       SIFAT DASAR INJIL DI ANTARA KEBUDAYAAN DAN AGAMA LAIN
1.    Sifat Kekal
Injil sama sekali tak mungkin berubah menjadi sesuatu yang tidak berguna/tidak dibutuhkan hanya karena kemajuan zaman.  Injil juga tak mungkin berubah karena zaman yang telah berubah.  Injil akan selalu segar, selalu baru walaupun harus melewati segala zaman.  Injil bukanlah hasil produksi zaman, sebab itu tak mungkin tergeser oleh zaman.  Sifat kekal dan tidak berubah itu ada padanya, karena Injil adalah kehendak Allah yang telah Ia tetapkan dalam kekekalan.
2.      Sifat Universal
Karena keselamatan Kristus berasal dari kekal, maka kuasa keselamatan-Nya pun melampaui batas-batas geografi.  Injil itu memiliki sifat yang universal (Mat. 24:14; 28:19), maka kita pun haruslah memiliki sifat yang tidak deskriminasi atau memandang bulu di dalam memberitakan Injil.
3.    Sifat Peperangan
Injil bukan merupakan suatu gerakan indoktrinasi agama, juga bukan suatu pengajaran teoritis yang rasional saja, ataupun gerakan perluasan norma-norma etika, melainkan Injil adalah semacam peperangan rohani yang merebut manusia keluar dari aliran hidup Adam kembali pada Yesus Kristus berdasarkan kuasa Tuhan.

C.      SIFAT DASAR INJIL DI DALAM PEMBERITAAN
1.    Sifat Paradoks
            Injil sendiri memiliki sifat paradoks, demikian pula pada waktu diberitakan, juga bersifat paradoks.  Sebab itu, Injil memiliki sifat berparadoks ganda.  Inilah yang disebut kontradiksi secara eksternal, tetapi harmonis secara internal.  Perhatikanlah bahwa orang yang tidak menyadari akan kebutuhan Injil, sebenarnya adalah orang yang paling membutuhkan Injil.  Inilah yang disebut paradoks.  Rasul Paulus mendengar seruan orang Makedonia, lalu pergi ke sana, namun setelah sampai di sana, ia malah masuk penjara (Kis. 16:4-40).  Inilah juga yang disebut paradoks dalam pemberitaan.  Jika kita menyadari akan sifat paradoks ini, maka kita tidak akan merasa putus asa hanya karena ada orang yang menolak Injil yang kita beritakan.
2.      Sifat Inisiatif
            Orang yang memberitakan Injil harus ‘pergi’ dengan inisiatif.  Tuhan bekerja secara berinisiatif, maka orang yang berinisiatif memberitakan Injil semakin mengerti isi hati Tuhan, juga semakin dekat dengan prinsip Alkitab.  Gereja yang semakin berapi-api, karena gereja itu dekat pada sifat dasar Injil, yaitu sifat inisiatif.
3.        Sifat Adaptasi (Fleksibel)
            Meskipun Injil memiliki sifat yang kekal (tidak berubah), namun di dalam pemberitaan Injil, metodenya harus sering berubah sehingga dapat dikontekstualisasikan ke dalam lingkungan budaya tertentu dan para pendengar yang berbeda.
4.         Sifat Individual
            Tujuan akhir dari mengabarkan Injil adalah untuk menyentuh hati setiap pribadi yang mendengarnya, sehingga ia merasakan relevansi cinta Allah di dalam Injil kepada dirinya.  Oleh sebab itu, Alkitab sangat mementingkan penginjilan pribadi.
5.         Sifat Positif
            Jika kita harus menanamkan pada orang lain keyakinan yang sedalam-dalamnya bahwa Injil bersifat melampaui kebudayaan dan rasio, dan berkuasa menyelesaikan segala masalah manusia, tentu kita sendiri harus yakin secara positif bahwa Injil adalah jawaban dari segala masalah manusia.  Betapapun tua dan tulennya suatu kebudayaan, pasti masih ada cacat-celanya, namun Injil dapat menggali keluar dengan amat positif, hal-hal yang terdapat dalam kehidupan manusia terdalam.
6.         Sifat Memisahkan
            Sebagaimana salib Kristus memisahkan manusia menjadi dua, yang diwakili oleh kedua perampok itu, demikian juga ketika Injil diberitakan, pasti akan memisahkan para pendengar menjadi dua yaitu yang percaya dan tidak percaya. 
7.         Sifat Melahirkan Kembali
            Injil pasti akan menghasilkan orang-orang yang diselamatkan dan lahir baru, dan orang yang dilahirkan kembali pasti juga akan menginjili serta menghasilkan orang-orang lain yang lahir baru pula.  Injil sama sekali tidak mungkin berkurang atau melemah hanya karena penganiayaan, sebaliknya justru semakin berkembang.


BAB V
PRIBADI PENGINJIL


A.      Memberitakan Injil: Tugas Siapa?
Adalah salah jika mengatakan bahwa tugas pemberitaan Injil merupakan tugas orang-orang tertentu saja (pendeta, majelis, penginjil, komisi PI, dll).  Alkitab dengan jelas memberitahukan kepada kita bahwa pemberitaan Injil merupakan tugas semua orang yang percaya kepada Kristus.
1.    Semua orang percaya adalah ‘garam dan terang dunia’ (Mat. 5:13-16).
2.    Kita adalah saksi Kristus (Kis. 1:8)
3.    Kita adalah orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan dosa supaya
            memberitakan karya Allah yang besar melalui Kristus (1 Ptr. 2:9)
4.    Perintah langsung Tuhan Yesus kepada murid-muridNya (Mat. 28:18-20).

B.   Syarat-syarat Kepribadian Penginjil
Kebenaran Injil dan kepribadian penginjil merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Meski pemberitaan Injil menjadi tanggung jawab semua orang percaya, namun Alkitab telah memberitahukan kepada kita, bahwa Allah memakai orang-orang khusus untuk menyampaikan firman-Nya. Dalam Perjanjian Lama, kita melihat bahwa para nabi sering dipakai Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada umat pilihan-Nya. Demikian pula dalam Perjanjian Baru, ada utusan-utusan khusus yang dipakai untuk menyampaikan pesan Allah (2Kor. 5:19-20). Karena itu perlu mempertimbangkan syarat-syarat kepribadian jika seseorang ingin ikut serta dalam pekerjaan-Nya, yaitu:
1.         Mengenal dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi.
       Kita tidak mungkin dapat membawa orang lain kepada Yesus Kristus, jika kita sendiri belum mengenal dan menerima Dia sebagai Juruselamat pribadi.  Prinsip ini nampak jelas dalam kehidupan para rasul (Yoh. 15:27; Kis. 22:12-15; 1Yoh. 1:1-3).
2.         Memiliki keyakinan kepastian akan keselamatan kekal.
Allah menginginkan kita untuk memiliki keyakinan akan kehidupan kekal di dalam Kristus (1Yoh. 5:13).  Seseorang tidak akan mungkin bisa mempercayai apa yang kita beritakan, jika kita sendiri tidak yakin dengan apa yang kita katakan.  Jadi, kita harus terlebih dahulu memiliki keyakinan akan kepastian hidup yang kekal itu.
3.         Memiliki tujuan hidup yang seperti kehendak Allah (Rm. 11:36; Kis. 4:29-32).
4.         Rela berkorban demi kehendak Allah berlaku dalam hidupnya (Rm. 5:1-11).
5.         Mengasihi Allah dan Firman-Nya (Yoh. 13:14-17, 34-35).
6.         Siap melayani Tuhan dalam segala kondisi (2Tim. 4:1-5).
7.         Mempercayai Allah untuk keberhasilan pelaksanaan pelayanan-Nya (Yoh. 15:6;Neh. 2:20).
8.         Siap bekerja sama dengan semua orang (1Kor. 3:6-9; Rm. 8:28; Pkh. 4:9-12).
9.         Mengasihi sesama dalam kata dan perbuatan (Rm. 12:9-21).
10.     Mampu bertahan dan menang terhadap dosa dan godaan (Ayb. 28:28; Rm. 6:22;
              7:21-26).
11.     Mendisiplin dirinya untuk hidup saleh dan takut akan Allah (1 Kor. 9:24-27; 2 Tim. 2:1-13).
12.     Memiliki keberanian karena sesungguhnya ia dipimpin oleh Roh Kudus    (2 Tim.
1:7-12; Kis. 1:8; Rm. 8:16).

C.   Mengapa Kita Memberitakan Injil?
1.         Keadaan manusia yang belum percaya kepada Yesus.
Manusia berkeadaan mati di dalam dosa (Ef. 2:1).  Dalam Yesaya 59:2, dosa itu telah menceraiberaikan manusia dari pada Allah, atau terpisah dengan Allah yang adalah sumber kehidupan satu-satunya.  Dan karena dosa itu, semua orang berada di bawah hukuman Allah (Rm. 3:9-23; 6:23).
2.    Beberapa sifat dan sikap manusia.
a. Orang berdosa gemar melakukan yang jahat. Mereka memberontak, melanggar setiap pernyataan dan kehendak Allah; malah mereka demikian bermusuhan dengan Allah, sehingga sering membenci orang- orang yang memihak pada Yesus (Ef. 2:1-3; Mat. 10:16-24; Yoh. 15:18-21).
       b. Mereka belum mempunyai pancaindera rohani. Mereka tidak dapat melihat ataupun mengerti perkara-perkara rohani (Yohanes 3:3, 1Korintus 2:14) sehingga Injil Yesus merupakan suatu kebodohan kepadanya (1Korintus 1:23). Si Iblis telah turut terlibat dalam hal ini membuat pemikiran mereka lebih kacau lagi (2Korintus 4:4), tetapi manusia tetap menganggap dirinya cerdas (Roma 1:22). Karena mereka memiliki hati yang bejat dan kehendak yang telah menyeleweng, orang-orang berdosa lebih menyukai kegelapan tersebut; bahkan menikmatinya sehingga mereka sering menolak sumber terang yang satu-satunya itu, yakni Yesus Kristus (Yohanes 1:4-5, 1:9-11; 3:19-21).
c.  Sia-sialah segala usaha, amal dan kebenaran dirinya. Semua jalan keagamaan yang ditempuhnya ternyata buntu (Efesus 2:8,9, Roma 3:20). Sama seperti nenek moyang kita telah menukarkan Allah yang benar dengan patung-patung berhala buatan tangannya (Roma 1:23), orang-orang berdosa sibuk menciptakan agama yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Hai saudara, semua keterangan ini agak berat untuk diterimanya, bukan? Berdoalah sejenak, ucapkanlah terima kasih kepada Yesus yang telah memindahkan saudara keluar dari lumpur kecemaran yang sama dengan orang-orang berdosa yang lain itu. Sungguh hidup baru dalam Yesus itu ringan, tetapi tidak ringan bagi Yesus -- Ia harus disiksa untuk melepaskan saudara dari siksaan yang seharusnya ditanggung oleh saudara.
3.   Ladang Sudah Menguning.
       Yohanes 4:35, “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai.”            
4.   Perintah Allah Langsung .
             Matius 28:18-20, “Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah  diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
5.  Status Orang Percaya.
 a.  Sebagai ‘Garam dan Terang Dunia’ (Mat. 5:13-16)
 b.  Sebagai ‘Saksi’ (Kis. 1:8; 1Ptr. 2:9).  Merupakan suatu keharusan bagi seorang
Saksi’ untuk bersaksi.  1Korintus 9:16, “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”

D.      Motivasi Memberitakan Injil
Motivasi bukanlah tujuan, dan tujuan bukanlah motivasi.  Motivasi adalah penyebab yang menghasilkan suatu tindakan, dan tujuan adalah hasil yang diharapkan dapat tercapai melalui tindakan itu.  Motivasi yang murni adalah hal terpenting yang harus dimiliki oleh penginjil, sehingga dapat menghasilkan sebuah tindakan yang benar dan berhasil.  Apakah sebenarnya motivasi yang murni dalam penginjilan?
1.    Kehendak Allah.
            Kehendak Allah berbeda dengan pimpinan Roh Kudus, namun keduanya saling berhubungan. Pimpinan Roh Kudus akan membawa seseorang memasuki kehendak Allah yang kekal. Pimpinan adalah sebuah proses, sedangkan kehendak adalah ketetapan. Kehendak Allah adalah unsur yang menentukan eksistensi dari segala sesuatu. Segala sesuatu yang telah direncanakan dan ditetapkan di dalam hati Allah, yang melampaui waktu dan ruang adalah hal-hal yang berhubungan dengan kekekalan. Kehendak Allah tidak perlu dirundingkan dengan manusia.  Terlaksananya pun tidak bergantung pada kerja sama manusia dengan-Nya.  Dia adalah yang melakukan segala sesuatu menurut kehendak sendiri.  Sebagaimana perintah raja harus dilaksanakan, terlebih lagi kehendak Allah pasti digenapi-Nya.  Dengan demikian, pada saat kita memberitakan Injil, tidak mungkin tanpa ada hasil.
2.    Pengutusan Kristus.
   Setelah Tuhan Yesus menang atas kuasa maut, Dia lalu mengutus gereja-Nya untuk memberitakan Injil (Mat. 28:19-20).  Rasul Paulus juga mengatakan demikian, “Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku” ( 1Kor. 9:17).
3.    Dorongan Kasih Kristus.
     Apakah yang menyebabkan seorang tokoh besar seperti Rasul Paulus rela menderita, dipukuli, dicaci-maki, dianiaya?  Mungkin ia sendiri juga merasa heran akan hal ini, sehingga mengatakan, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami,...” (2Kor. 5:14).  Dengan kasih Allah inilah juga, beribu-ribu misionaris rela meninggalkan keluarga dan bangsa mereka dan menuju tempat yang jauh untuk memberitakan Injil. 
4.    Perasaan Berhutang.
Dalam Alkitab kita melihat adanya hutang kemuliaan kita terhadap Allah, hutang kasih kita terhadap sesama, dan lebih dari pada itu kita masih mempunyai hutang terhadap dunia ini, yaitu hutang Injil.  Rasul Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu…” (Rm. 1:14-15).  Perasaan hutang inilah yang senantiasa mendesak Paulus untuk memberitakan Injil kepada siapa saja, di mana saja dan kapan saja.
5.    Pengharapan Maranatha.
            Alkitab berkata, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya” (Mat. 24:14).  Berdasarkan ayat tersebut, maka jika kita mengharapkan kedatangan Kristus kembali ke dunia ini, yang harus kita lakukan adalah membuat semua orang mendengar Injil, dan jika sudah demikian barulah tiba pada kesudahannya.

E.    Efektifitas Seorang Penginjil
  Efektifitas seorang penginjil bergantung pada dua hal:
  1. Cara menyampaikan khotbah tentang berita Injil yang berlandaskan Alkitab harus jelas dan berbobot.  Yang harus ditekankan; Allah atau Yesus berkata, bukan “saya rasa, kami percaya, gereja kami mengajarkan dan lain-lain.
  2. Berita Injil harus berpusat pada salib, di mana Yesus mati sebagai ganti kita yang berdosa.

F.    Dua Ukuran untuk Pemberitaan Injil
Setiap usaha penginjilan harus diuji dengan dua ukuran, pertama: apakah usaha itu mempunyai tujuan tertentu; kedua: apakah usaha itu mempunyai arti bagi dunia sekarang ini.  Siapakah teladan Penginjilan kita?  Billy Graham, Stephen Tong,…. Yesus adalah teladan kita yang sempurna.  Sejak semula, tujuan hidup-Nya di dunia ini ialah untuk menyatakan rencana Allah, inilah yang senantiasa dipikirkan-Nya.  Ia bertujuan untuk menyelamatkan bagi-Nya suatu bangsa, dan membangun suatu jemaat rohani yang tidak akan binasa

BAB VI
MEMBERITAKAN INJIL
           
A.      Orang Percaya adalah Saksi
Kisah Para Rasul 1:18 mengatakan demikian, “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Bayangkanlah suatu pengadilan…, seorang saksi dihadirkan tugasnya untuk menceritakan dengan jujur dan benar apa yang diketahuinya saja.  Ia tidak perlu membela diri, berdebat atau berusaha meyakinkan orang lain.  Bahkan ia tidak perlu menceritakan apa yang dialami atau yang diketahui tentang masalah lain. Orang lain mau percaya atau tidak, bukan masalah yang penting saksi tersebut telah menceritakan dengan jujur dan benar. Ketidakpercayaan seseorang tidak akan mengubah kebenaran menjadi salah atau keasliannya menjadi palsu.  Sedangkan untuk membela ada tugas orang lain lagi, yang kita sebut dengan pengacara atau pembela. Orang ini dibekali berbagai ilmu dan ahli untuk membela kliennya. Jadi jelas sekali, bersaksi cukup gampang bukan. Ceritakanlah apa saja yang anda ketahui, yang penting ceritakan dengan jujur dan benar.

B.   Menghilangkan Kesukaran dalam Bersaksi
Tiga cara menghilangkan kesukaran dalam bersaksi:
1.    Bila kita mengetahui bahwa bersaksi itu tidak sama dengan memenangkan jiwa, maka kesukaran yang pertama menjadi hilang.
2.    Bila kita mengetahui bahwa kuasa Roh Kudus menyertai kesaksian kita, maka kesukaran yang kedua pun menjadi hilang.
3.    Bila kita mengetahui dengan tepat apa yang harus diperbuat dan dikatakan, maka kesukaran yang ketiga juga akan hilang.


C.      Keberhasilan Kesaksian Kristen
Keberhasilan kesaksian Kristen terletak dalam hal:
1.    SADAR akan kehadiran Roh Kudus dan kesediaan-Nya untuk menolong kita.
2.    KETERGANTUNGAN kita pada pertolongan-Nya pada saat kita bersaksi.
3.    PENGALAMAN yang bertambah meningkat, mengajarkan kepada kita bagaimana bergantung kepada-Nya.

D.      Persahabatan
1.         Memulai Persahabatan
Perhatikan perkataan Rasul Paulus dalam 1Korintus 9: 19-23 berikut ini:
19Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. 20Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat 21Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. 22Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka .23Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.

                 Sebagian besar orang menganggap bahwa membangun sebuah persahabatan merupakan hal yang sulit.  Beberapa dari mereka bahkan menganggap bahwa ini buang-buang waktu saja, kalau bisa langsung PI mengapa harus menjalin persahabatan. 
Persahabatan dibangun agar kita tidak ditolak ketika menyampaikan berita Injil. 


 Subyek Obyek

Ingat: 
Setiap percakapan adalah suatu kemungkinan untuk memberitakan Injil.

2.         Tujuan Persahabatan
a.        Menciptakan pendahuluan yang halus ke dalam Injil
·      Dinyatakan dengan sikap  yang penuh perhatian kepada orang yang diinjili.
·      Mewujudkan suasana yang hangat dan komunikatif.
·      Mencegah munculnya penolakan.
·      Memulai persahabatan ibarat seperti menaikkan pesawat terbang (tinggal landas). Maksudnya diperlukan suatu perhatian penuh.
b.        Mengetahui latar belakang dan kegiatan kerohanian orang itu.
c.         Menciptakan keinginan untuk mendengarkan Injil.       Ditunjang dengan sikap terbuka tatkala kita menyaksikan kesaksian pribadi.
d.        Memperoleh hak untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan Diagnostik.
·      Memastikan apakah kawan bicara telah memiliki hidup yang kekal.
·      Memastikan apa dasar kawan bicara untuk memperoleh hidup kekal.


3.    Apa yang harus kita buat dalam persahabatan:
a.   Kehidupan sehari-hari
·      Amati (waktu kunjungan)
ü  Foto, piala, medali, dekorasi, dsb.  Gambaran yang disukai.
ü  Biasanya orang akan menempatkan benda yang dihargainya agar dapat dilihat oleh orang lain.
ü  Amatilah bahasa tubuhnya, apakah ia memberikan respon positif.
·      Ajukan pertanyaan
ü  Hindari pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”.
ü  Pakailah cara seperti saudara sedang menguliti bawang.
ü  Gunakan kalimat “Bolehkah Anda menceritakan…..” untuk lebih mengenalnya.
ü  Cari bahan pembicaraan yang sedang hangat atau menarik minat kawan bicara.
ü  Buatlah kawan bicara Anda menjadi lebih terbuka.
·      Tenanglah dan dengarkan
ü  Bukan hanya sekedar menunggu giliran untuk bicara.
ü  Menanggapi dengan seluruh perhatian.
·      Berikan pujian yang tulus
b.    Latar Belakang Agama atau Rohani
c.    Keaktifan di dalam Kegiatan Rohani
d.    Kesaksian Pribadi

E.   Kesaksian Pribadi
Tiga hal yang harus ada untuk dapat bersaksi dengan efektif:
1.    Pernah mengalami
2.    Miliki hubungan yang akrab dengan Allah
3.    Ketahui dan bergabung dengan Allah, di mana Ia sedang bekerja


Tiga Unsur Utama yang harus ada dalam membuat Kesaksian Pribadi:
1.         Keadaan saya sebelum menerima hidup kekal.
Pikirkan suatu konsep yang dapat menggambarkan keadaan hidup anda sebelum menerima hidup kekal.
2.    Bagaimana saya memperoleh hidup kekal.
a. Ceritakan secara singkat tentang proses menerima hidup kekal melalui seorang sahabat, atau melalui peristiwa tertentu, jangan beberkan terlalu banyak.
b.  Hindari istilah-istilah yang berbau kekristenan, untuk menghindari penolakan.
3.    Keadaan saya setelah menerima hidup kekal.

F.   Yang Boleh dan Tidak Boleh
1.     Jangan membawa Alkitab besar waktu berkunjung
2.     Bersikaplah ramah, sopan dan jangan berlebihan
3.     Berpenampilan bersih dan rapi (pakaian, bau badan, nafas
4.   Hindari perdebatan atau adu argumentasi

       Bahkan, kapanpun, dimanapun, dan dengan cara bagaimanapun saya dipanggil Tuhan (meninggal), saya yakin pasti masuk Surga.


BAB VII
METODE PENGINJILAN

Sekarang ini telah ada banyak metode penginjilan, dan hal itu bergantung pada kesempatan dan panggilan yang dimiliki oleh setiap penginjil.  Namun ada satu hal pokok yang sama, yaitu bahwa seorang penginjil dipanggil dan diperlengkapi secara khusus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya kepada Kristus.

A.   Memberitakan Injil dengan Traktat
Pada saat kita memberitakan Injil melalui khotbah atau PI pribadi (bertatap muka langsung), terkadang berita itu akan hilang begitu saja di udara.  Tetapi jika kita bersaksi melalui sebuah traktat tidaklah demikian, kesaksian itu tetaplah hidup.  Sebuah traktat dapat menyertai seseorang ke mana saja ia pergi dan menunggu saat yang tepat untuk berbicara kepada hati nurani orang tersebut. 
Memang benar, bahwa Allah dapat memakai sebuah buku, traktat, dan apa saja untuk berbicara kepada seseorang.  Namun ingat bahwa Allah lebih suka memakai Anda untuk bersaksi.
1.    Memberitakan Injil dengan traktat tanpa mendekati orang lain. Caranya: Tinggalkan traktat di manapun yang Anda kehendaki.
2.    Memberitakan Injil dengan traktat tanpa bertemu langsung dengan orang lain.  Caranya: Kirimkan traktat kepada seseorang yang Anda inginkan.
3.    Memberitakan Injil dengan traktat karena Anda menarik perhatian orang lain.  Caranya: Pakailah aksesoris tertentu (lencana, gelang, dll) yang menimbulkan         minat bagi orang lain untuk bertanya (lih. Metode PI Pita Kuasa dan Gelang         Sukacita), kemudian berikan traktat kepadanya.
4.    Memberitakan Injil dengan traktat dengan cara bertemu orang lain secara langsung  
 dan berbicara kepadanya, caranya:
 a.  Tariklah perhatiannya, sedapat mungkin menjalin persahabatan singkat.
 b.   Berikan beberapa pertanyaaan sebelum memberikan traktat, seperti:
·       Apakah bapak mengetahui akan ke mana setelah kita meninggalkan dunia ini?
·       Apakah bapak menginginkan kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera?
 c.   Penutup:
        ”Kalau begitu buku kecil ini sangat cocok untuk bapak?” lalu berikan traktat.

B.   Jembatan Keselamatan
Hubungan antara: Allah dan Manusia pada mulanya adalah baik


Hidup Kekal

Kematian Kekal
Semua manusia berdosa (Rm. 3:23)
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

Upah dosa adalah maut (Rm. 6:23)
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Hukuman atas dosa itu pasti (Ibr. 9:27)
Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”

Hidup Kekal
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh. 5:24)

Kis. 4:12
Yoh. 14:6

Kematian Kekal
Semua manusia berdosa (Rm. 3:23)
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

Upah dosa adalah maut (Rm. 6:23)
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Hukuman atas dosa itu pasti (Ibr. 9:27)
Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”

 Yesaya 64:6
Efesus 2:8-9

Perbuatan baik
Pendidikan
Etika, moral, agama
Kematian Kekal
Semua manusia berdosa (Rm. 3:23)
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

Upah dosa adalah maut (Rm. 6:23)
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Hukuman atas dosa itu pasti (Ibr. 9:27)
Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”

 Yesaya 59:2
 Wahyu 21:8


C.  Empat Hukum Rohani

Rahasia Kebahagiaan Hidup dan Keselamatan Jiwa

            Sebagaimana ada hukum-hukum alam yang mengatur alam ini, demikian juga ada hukum-hukum rohani yang mengatur hubungan kita dengan Tuhan Allah.

1.    Hukum yang Pertama: Tuhan Allah mengasihi saudara, dan mempunyai suatu
     rencana yang indah bagi hidup saudara.
Kasih Allah
Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." 
Rencana  Allah
Yohanes 10:10b, (Kristus berkata), "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (suatu kehidupan yang berarti dan penuh kebahagiaan).
Apakah sebabnya banyak orang tidak dapat mengalami kehidupan yang berkelimpahan dan penuh kebahagiaan ini?

2.    Hukum yang kedua: Manusia penuh dosa dan terpisah dari Tuhan Allah,
     sehingga ia tidak dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana Allah
     bagi hidupnya.
Manusia Penuh Dosa
Roma 3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah."
Manusia Terpisah dari Tuhan Allah
Roma 6:23, "Sebab upah dosa ialah maut . . ." (terpisah dari Allah untuk selama-lamanya).
Tuhan Allah Maha Suci, sedangkan manusia penuh dengan dosa.  Karena itu, ada suatu jurang pemisah antara Allah dengan manusia.  Dengan segala usahanya, manusia berusaha mencari Tuhan Allah dan kehidupan yang penuh kebahagiaan melalui amal kebaikan, etika, moral, ibadah, dan lain-lain.  Namun usaha inipun gagal disebabkan karena dosanya.
Bagaimanakah permasalahan dosa manusia ini bisa diselesaikan?

3.    Hukum yang Ketiga: Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan yang
     telah ditentukan oleh Tuhan Allah untuk pengampunan dosa manusia, melalui Dia,
     kita dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana Allah bagi kita manusia.
Kristus Mati Ganti Kita
Roma 5:8, "Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."
Kristus Telah Bangkit dari Kematian
1Korintus 15:3-6, “… bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita… bahwa la telah dikuburkan… bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci; bahwa la telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas muridNya.  Sesudah itu, la menampakkan diri kepada lebih dari 500 saudara sekaligus…"      
Kristus Adalah Satu-Satunya Jalan
Yohanes 14:6, Kata Yesus kepadanya, "Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." 
Allah telah menjembatani jurang pemisah antara manusia dengan diri-Nya, dengan cara Ia datang ke dalam dunia, menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus, untuk mati di kayu salib, guna menggantikan hukuman bagi dosa-dosa kita.

Kita dapat keluar dari permasalahan dosa dan memiliki hubungan yang baik kembali dengan Allah, serta dapat mengetahui dan mengalami kasih dan rencana-Nya bagi hidup kita dengan cara………

4.    Hukum yang Keempat: Menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat dan Tuhan
     kita, sehingga dengan demikian, kita dapat keluar dari permasalahan dosa dan
     memiliki hubungan yang baik kembali dengan Allah, serta mengetahui dan
     mengalami kasih dan rencana-Nya bagi hidup kita.
Menerima Kristus dengan Iman
Efesus 2:8,9, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri." 
Menerima Kristus dengan Mengundangnya Secara Pribadi
Wahyu 3:20, (Kristus berkata), "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya...."
Menerima Kristus Menjadikan Diri Kita Anak Allah
Yohanes 1:12, "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya." 
Menerima Kristus berarti mengalihkan dari pengandalan diri sendiri kepada Yesus Kristus, yaitu menyerahkan seluruh keberadaan kita, yaitu akal budi, perasaan dan kemauan hanya kepada-Nya untuk memperoleh kehidupan yang kekal.

Si “Aku” atau diri sendiri bertakhta dalam hidup kita, sedangkan Kristus berada di luar kehidupan kita.  Segala keinginan kita dikuasi oleh si “Aku,” dan sebagai akibatnya menghasilkan kekacauan dan kekecewaan.
Kristus bertakhta di dalan hidup kita dan si “Aku” turun takhta.  Segala keinginan kita dikuasai oleh Kristus, dan sebagai akibatnya menghasilkan kehidupan yang penuh dengan damai sejahtera.

Ajaklah untuk berdoa:
Tuhan Yesus, saya mengaku bahwa saya adalah orang berdosa dan tidak layak untuk menerima hidup kekal.  Ampunilah segala dosa-dosa saya.  Saya sadar bahwa usaha yang saya lakukan untuk memperoleh hidup yang kekal adalah sia-sia saja.  Kini saya mau menerima Engkau sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidup saya, masuklah ke dalam hati saya dan berkuasa dalam hidup saya.
Kuatkan dengan ayat-ayat berikut ini:
Yohanes 6:47, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.
Yohanes 5:24, ”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

D.  Buku Tanpa Kata

Hijau
Melambangkan hidup yang penuh dengan damai sejahtera dan kesegaran.  Hubungan manusia dengan Allah seperti sebuah pohon hijau yang tumbuh segar, sejuk dan indah dipandang.  Suatu hidup yang penuh dengan damai sejahtera.


Hitam
Namun hubungan yang indah itu menjadi rusak oleh karena dosa manusia.  Manusia lebih memilih kehendaknya sendiri ketimbang mengikuti kehendak Allah, yang akhirnya membawanya ke dalam keterpurukan dosa.  Dan oleh karena dosa itu, manusia berada di bawah penghukuman Allah.


Merah
Syukur kepada Allah, karena Ia sendiri mau datang ke dalam dunia ini.  Ia menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus untuk disalibkan dan mati guna menggantikan hukuman atas dosa-dosa kita, sehingga kita memperoleh pembenaran.  Namun Ia tidak hanya mati, pada hari yang ketiga Ia bangkit, kemudian kembali ke Sorga, tempat kediaman-Nya.

Putih
Bagi barangsiapa yang mau menerima-Nya sebagai Juruselamat dan Tuhan secara pribadi akan mendapat pengampunan dan kelepasan dari dosa, sehingga hidup kita akan menjadi suci dan layak untuk kembali menghampiri Allah.


Kuning
Lebih dari pada itu, kita diberi hak istimewa untuk tinggal bersama-Nya di Sorga selama-lamanya.  Sungguh merupakan sesuatu hal yang menyenangkan bisa tinggal bersama dengan Tuhan Allah di Sorga.


E.  Pita Kuasa
Simpul Awal:  Menggambarkan awal kehidupan manusia yang memiliki hubungan yang erat dan indah dengan Allah
Warna Hitam:  Menggambarkan kegelapan dosa.  Manusia menjadi terpisah dengan Allah karena dosa.
Warna Merah:  Menggambarkan darah Kristus, yang tercurah di kayu salib.  Allah datang ke dunia menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus untuk disalibkan dan mati guna menggantikan hukuman atas dosa-dosa kita, sehingga kita memperoleh pembenaran.  Hubungan yang telah terputus itu pun kembali pulih.
Warna Putih:  Menggambarkan kesucian hidup manusia.  Pengampunan dan kelepasan manusia dari dosa hanya dapat diperoleh ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidupnya.  Dan dengan demikian hidupnya disucikan dari dosa.
Warna biru (warna air):  Menggambarkan baptisan.  Sebagai wujud pengakuan iman kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan, seseorang perlu dibaptis.
Warna hijau (tumbuhan):  Menggambarkan pertumbuhan hidup dalam Kristus.  Pertumbuhan itu terjadi melalui membaca Alkitab, berdoa, bersekutu, bersaksi.
Warna Kuning:  Menggambarkan Sorga.  Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan tinggal dalam kemuliaan bersama Allah di Sorga.
Simpul Akhir:  Menggambarkan akhir dari kehidupan manusia.  Yang tidak percaya kepada Yesus Kristus akan berada di bawah penghukuman kekal, tetapi yang percaya kepada Yesus Kristus akan lolos dari penghukuman kekal dan tinggal bersama-Nya di Sorga.

F.  Gelang Sukacita
Tali Gelang:  Menggambarkan eratnya hubungan manusia dengan Allah
Warna Hitam:  Menggambarkan kegelapan dosa.  Hubungan yang erat itu menjadi terputus karena dosa manusia.
Warna Merah:  Menggambarkan darah Kristus, yang tercurah di kayu salib.  Allah datang ke dunia menjadi manusia di dalam diri Yesus Kristus untuk disalibkan dan mati guna menggantikan hukuman atas dosa-dosa kita, sehingga kita memperoleh pembenaran. Hubungan yang telah terputus itu pun kembali pulih.
Warna Putih:  Menggambarkan kesucian hidup manusia.  Pengampunan dan kelepasan manusia dari dosa hanya dapat diperoleh ketika seseorang menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan dalam hidupnya.  Dan dengan demikian hidupnya disucikan dari dosa.
Warna Kuning:  Menggambarkan Sorga.  Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus akan tinggal dalam kemuliaan bersama Allah di Sorga.
Warna Hijau (tumbuhan):  Menggambarkan pertumbuhan hidup dalam Kristus.  Pertumbuhan itu terjadi melalui membaca Alkitab, berdoa, bersekutu, bersaksi.
Warna Merah Muda (di tengah):  Menggambarkan cinta kasih/persekutuan.  Kehidupan Kristen diperkuat oleh kasih.  Kasih merupakan ciri utama bagi orang yang sudah percaya Kristus.  Kasih itu harus nampak dalam kehidupannya.

G.  Evangelism Explosion (EE)
1.      Persahabatan

a.         Kehidupan sehari-hari

b.         Latar Belakang Rohani

c.         Kegiatan Rohani

d.        Kesaksian Pribadi

e.         Dua Pertanyaan Diagnostik

1).  Seandainya Anda meninggal dunia hari ini, apakah Anda yakin pasti masuk   Surga?
a).  Yakin
      - Berikan pujian
      - Tanyakan pertanyaan diagnostik 2

b).  Tidak
      - Saya mempunyai kabar baik tentunya untuk Anda jika ingin masuk ke Surga
      - Tanyakan pertanyaan diagnostik 2

2).  Seandainya Anda meninggal dunia hari ini dan berdiri di hadapan Allah, dan Allah
bertanya: “Mengapa Aku harus mengijinkan Engkau masuk ke Surga-Ku?” Apakah
 jawaban Anda?     
a).  Mengandalkan diri sendiri (perbuatan baik)
      - Harus sebaik apakah kita?
     
b).  Mengandalkan Yesus
 - Goyang: Apakah sesederhana itu?  Apa tidak perlu berbuat baik untuk mendapatkan  hidup kekal (Surga)?  Harus sebaik apakah kita?  Peragakan Injil dan muridkan….

c).  Tidak tahu
 -  Sederhanakan: atas alasan apakah Tuhan mengijinkan Anda masuk Surga?
 -  Pancing:  Orang akan mengatakan kita harus berbuat baik untuk masuk Surga, setuju? Jika jawaban “Setuju” artinya mengandalkan diri, jika demikian “harus sebaik apakah kita?”

Saya mempunyai kabar baik untuk Bapak, Ibu, Sdra, Sdri, Mas, Mbak, …….  Apakah ada waktu untuk mendengarkan cerita saya?


2. Penjelasan
a.  Anugerah

1).  Hidup kekal (Sorga) adalah anugerah Allah
            -   Ayat: Roma 6:23b

2).  Hidup kekal tidak didapat karena usaha kita atau karena upah
-     Ayat: Efesus 2:8-9
-     Ilustrasi: Hadiah kawan
Makna rohani: hidup kekal adalah pemberian yang cuma-cuma dari Allah (gratis tak perlu bayar) … Meskipun gratis, semua orang tidak dapat memperolehnya….

     Kalimat Peralihan:
     “Apakah yang menghalangi kita menerima anugerah ini?” Yaitu DOSA

b.  Manusia

1).  Semua manusia telah berbuat dosa
      - Ayat: Roma 3:23
      - Dialog: Apa itu dosa?
      - Ilustrasi: 3 dosa sehari
Orang baik hanya berbuat dosa tiga kali dalam sehari.  Kalau sepuluh hari berarti 3x10 = 30. Kalau satu bulan berarti 30x3= 90.  Jika satu tahun 90x12 = 1080.  Ya kita bulatkan saja 1000.  Jika Anda ingin hidup 70 tahun, maka selama hidup, ia mengantongi dosa 70.000.

        Makna rohani: orang baikpun kalau dihitung menurut standar Allah, sangat banyak
        dosanya

2).  Dengan usahanya, manusia tidak mungkin dapat menyelamatkan diri sendiri
-       Dulu, saya juga berpikir demikian, untuk memperoleh hidup kekal harus berbuat amal kebaikan.
-      Dialog: harus sebaik apakah kita?
-     Tuntutan Allah adalah sempurna.
-     Ayat: Matius 5:48
-     Ilustrasi: telur busuk
Katakan saja, suatu ketika Anda datang ke rumah saya bersama dengan rombongan sebanyak 15 orang.  Dari mulai siang asyik mengobrol, dan tak terasa telah larut malam, dan Anda harus pulang.  Sebelum pulang, saya berniat untuk memberikan makan, namun ternyata lauk tidak ada.  Lalu saya bertanya kepada Ibu, dan ia mengatakan bahwa hanya ada sepuluh telur.  Satu-satunya cara, telur itu harus didadar, agar cukup untuk 15 orang.  Telur pertama hingga sembilan baik, tapi ketika telur kesepuluh dipecah, ternyata busuk, namun sudah terlanjur tercampur…
Seandainya Bapak/Ibu/Mas…. Menjadi tuan rumah, apakah layak menghidangkan telur yang busuk ini kepada teman Anda?

   Makna rohani: satu dosa saja sudah mencemari semua yang baik dalam kehidupan kita dan membuat kita tidak layak di hadapan Tuhan.
-       Usaha manusia mustahil
-       Sisipkan pertanyaan “bagaimana caranya manusia bisa keluar dari permasalahan dosa ini?”

Kalimat Peralihan:
Mari kita melihat bagaimana cara Allah?

c.       Allah

Dialog: Bagaimana sifat-sifat Allah itu?  Apakah bisa memberikan contoh?
1).  Pengertian yang salah tentang Allah
                  -   Tokoh Kakek : kasih tetapi tidak adil
                  -   Tokoh Polisi: Adil tetapi tidak kasih
2).  Pengertian yang benar
-   Allah adalah kasih (Yer. 31:30
-   Allah adalah adil (Kel. 34:7b)
-   Ilustrasi : Perampok bank
Suatu ketika, karena kondisi ekonomi keluarga sedang sulit…. Saya memberanikan diri untuk merampok bank.  Karena lupa menutup wajah, kamera CCTV berhasil merekan aksi saya, dan suatu ketika saya diciduk oleh polisi.  Kemudian diperhadapkan ke meja pengadilan.  Sebelum dijatuhi hukuman, hakim memberi kesempatan saya untuk melakukan pembelaan diri.  Lalu saya berkata, “Pak hakim kasihani saya, baru sekali ini saya merampok, itu juga saya lakukan karena kondisi ekonomi keluarga, lagi pula saya juga baru saya di PHK, uang inipun masih utuh, belum saya pakai, dan uang ini akan saya kembalikan, hanya saja saya mohon bebaskan saya dari hukuman ini?”  Nah, sebagai hakim yang adil, apakah saya akan dibebaskan?

 Makna rohani: Allah adalah adil, maka setiap manusia yang berdosa harus dihukum.  
     
 -   Hukuman atas dosa manusia adalah maut.
 -   Ayat: Roma 6:23a
 -   Dilema: “Allah yang kasih tidak ingin menghukum umat-Nya, tetapi Ia juga adalah Allah yang adil, yang mana harus menghukum manusia yang berdosa.  Bagaimana kasih dan adil ini bisa bertemu?
          -    Ilustrasi:  Shamila
Ada kisah seorang jenderal bernama Shamila, yang hidup pada zaman kekaisaran Tsar Rusia.  Ia bermaksud menggulingkan kekaisaran karena dinilai telah menyengsarakan rakyat.  Bersama dengan pasukannya, mereka hidup di tenda-tenda.  Pada suatu ketika bahan makanan kecurian.  Sang Jenderal sangat marah, karena persediaan makanan terbatas, tapi masih ada yang berani mencuri bahan makanan tersebut.  Lalu ia mengeluarkan perintah, “barangsiapa yang kedapatan mencuri harus dicambuk di muka umum sebanyak 50 kali.”  Tidak lama setelah perintah itu dikeluarkan, seorang prajurit datang dan menyampaikan berita bahwa pencuri telah ketemu, namun sungguh memilukan karena pencuri itu adalah ibunya sendiri.  Sang Jenderal menghadapi dilema, apakah hukuman ini harus dijalankan.  Di sisi lain ia harus mengasihi ibunya, tapi ia juga harus adil dan hukuman harus dijalankan.  Keesokan harinya, ketika semua rakyat berkumpul untuk menyaksikan hukuman dijalankan, Ia pun  akhirnya maju ke depan memeluk ibunya, melepaskan tali ikatan tangan ibunya, lalu menyuruhnya duduk, dan sang jenderal menggantikan hukuman bagi ibunya tersebut.

Makna rohani: Kasih dan keadilan dapat bertemu jika ada pengorbanan diri

Kalimat Peralihan:
 Allah menunjukkan kasih dan keadilan-Nya melalui pengorbanan diri-Nya di dalam Yesus  Kristus

d. Kristus
      1).  Siapakah Yesus?  Yesus adalah Allah yang menjadi manusia
      2). Apakah yang dilakukan-Nya?  Ijinkan saya untuk memperagakannya dengan peragaan tangan saya…

Seandainya tangan kanan kiri saya adalah manusia (tunjukkan tangan kiri), dan tangan kanan saya ini adalah Allah (angkat tangan kanan lebih tinggi dari kepala kita).  Tadi saya sudah menjelaskan bahwa Allah ingin memberikan hidup yang kekal kepada kita secara cuma-cuma atau gratis, namun ada yang menghalanginya, yaitu dosa.
Seandainya buku kecil ini adalah buku catatan tentang dosa-dosa kita (tunjukkan sebuah buku kecil kepada orang yang kita injili), mungkin tidak akan setipis ini? masih ingat orang yang baik itu tadi dosanya berapa? 70.000 dosa…., itu kalau sehari berbuat dosa tiga kali, tapi mana mungkin ada orang yang sebaik itu, jadi jika dosa kita dicatat dalam sebuah buku pasti akan tebal sekali.  Nah, dosa inilah yang menghalangi kita untuk menerima anugerah hidup kekal dari Allah.
Tadi saya juga sudah menjelaskan bahwa Allah adalah kasih, karena kasih maka Dia ingin mengasihi manusia walaupun berdosa; namun harus diingat bahwa Allah juga adalah Allah yang adil, dan karena adil maka Ia harus menghukum manusia yang berdosa.  Nah, di sini sepertinya ada sebuah dilema bagaimana kasih dan adil ini bisa bertemu.   Masih ingat dengan cerita Jenderal Shamila tadi?.... (kalau masih ingat lanjutkan, kalau lupa ulangi sekali lagi)… Ya, kasih dan adil ini bisa bertemu jika ada pengorbanan diri.
Untuk menunjukkan kasih dan keadilan-Nya, maka Allah turun ke dalam dunia, menjadi manusia di dalam Yesus Kristus sama seperti kita (turunkan tangan kanan sejajar dengan tangan kiri).  Coba perhatikan, ini manusia kita (tunjukkan tangan kiri), dan ini manusia Yesus (tunjukkan tangan kanan), ada bedanya tidak? ( goyangkan kedua tangan kita).  Ya, manusia kita penuh dengan dosa, sementara Yesus bersih tanpa dosa.  Kemudian dosa kita ini ditimpakan kepada Yesus (pindahkan buku catatan dosa ke tangan kanan), sehingga Yesus yang tidak berdosa ini telah dibuat-Nya menjadi berdosa karena kita, supaya kita dibenarkan di hadapan Allah.
Untuk menjalani hukuman atas dosa-dosa kita, Yesus rela untuk disalibkan…. Sebelum mati Ia berkata, “sudah selesai” yang artinya bahwa semua hukuman yang harus kita tanggung akibat dosa-dosa kita sudah selesai dikerjakan oleh Yesus di kayu salib, sekali untuk selamanya.  Lalu Ia mati dan dikuburkan (turunkan tangan kanan), tetapi pada hari yang ketiga Ia bangkit, dan naik ke Surga (angkat tangan kanan kembali lebih tinggi dari kepala kita, sementara buku catatan dosa ditanggalkan).  Di Sorga, Ia menawarkan hidup kekal kepada kita, dan….

Kalimat Peralihan:
Karunia (anugerah) hidup kekal ini hanya dapat diterima melalui iman…


d.      Iman

Nah iman itu ibarat sebuah kunci…. saya mempunyai banyak kunci (tunjukkan kunci, kalau bisa terdiri dari empat kunci).  Seandainya saya bepergian keluar rumah, lalu saya pulang, apakah semua kunci ini bisa membuka pintu depan rumah saya? Pasti tidak, hanya ada satu kunci saja yang bisa membuka pintu rumah saya.  Ini sama dengan iman, hanya ada satu iman saja yang bisa membuka kunci Kerajaan Surga, yaitu iman yang menyelamatkan.  Nah jika begitu, kunci-kunci yang lain ini (tunjukkan tiga kunci yang laen) ibarat iman yang tidak menyelamatkan. 

1).  Iman yang tidak menyelamatkan, contohnya:
a).  Melompat dalam gelap
      Makna rohani: percaya tapi tidak tahu siapa yang dipercayai
b).  Iman berdasarkan akal saja
 Makna rohani: tahu siapa yang dipercayai dan menyetujui, namun tidak     pernah
 mengandalkan-Nya untuk memperoleh hidup yang kekal.
c).  Iman yang bersifat sementara
Makna rohani: tahu, setuju dan mengandalkan Yesus, namun hanya untuk hal-hal yang bersifat sementara saja, dan bukan untuk memperoleh hidup yang kekal.
     
2).  Iman yang menyelamatkan
Artinya: mengetahui atau mengenal Yesus dan mengandalkan Dia saja sebagai Juruselamat dan Tuhan untuk memperoleh hidup yang kekal.

Ilustrasi tentang Iman yang menyelamatkan:

a).  Blondin
Di Amerika, hidup seorang pesulap terkenal bernama Blondin.  Ia sudah sering melakukan adegan berbahaya.  Namun karena hal-hal itu telah dilakukannya berulang kali, mungkin membosankan bagi orang lain.  Suatu ketika, ia mengadakan aksi yang spektakuler, dengan membentangkan seutas tali di atas air terjun niagara, dan ia berjalan di atas tali tersebut.  Waw….seluruh penonton bersorak-sorai melihat aksinya.  Kemudian, tidak hanya itu, lalu ia pun bertanya kepada penonton, “siapa yang berani menemani saya duduk di kereta dorong ini dan berjalan di atas tali ini menyeberangi air terjun?”  Semua penonton terdiam, dan tak seorang pun berani menerima tantangannya.  Namun, tiba-tiba, seorang anak kecil maju ke depan, lalu duduk di atas kereta dorong tersebut, wah berani sekali anak kecil ini.  Begitu aksi ini selesai, beberapa penonton mendatangi sang anak tersebut dan bertanya, “mengapa kamu berani sekali naik di atas kereta dorong tersebut?”  Jawabnya, “ya itu karena saya adalah anaknya, saya sudah mengenal siapa bapak saya, dan saya yakin bapak saya bisa melakukan hal ini.”

Makna rohani: Iman yang menyelamatkan adalah bukan hanya percaya di mulut, atau persetujuan di akal saja, tetapi mempercayakan seluruh hidup kita pada Yesus saja untuk memperoleh hidup yang kekal.

b).  Kapal
Suatu ketika saya sedang berlayar dengan sebuah perahu yang sudah tua…. Di tengah lautan, kapal itu diterpa badai dan ombak, akhirnya pecahlah kapal itu…. Saya mencoba untuk menyelamatkan diri dengan menumpang sebuah papan yang mengapung…. Setelah beberapa jam saya terombang-ambingkan ombak, tiba-tiba lewatlah sebuah perahu yang besar…. Dan mereka meminta saya untuk masuk ke dalam perahu tersebut dan membuang papan kecil yang menjadi sandaran saya tadi…

Makna rohani: untuk selamat, maka kita harus melepaskan apa yang kita andalkan selama ini dan hanya mengandalkan Yesus saja untuk memperoleh hidup yang kekal.

c).  Tali – benang
Makna rohani: Karya keselamatan Yesus adalah sempurna, satu kali untuk selama-lamanya, tidak perlu menambahkan “sesuatu” (perbuatan baik) untuk keselamatan kita.

Kalimat Peralihan:
Apakah semua ini dapat Anda pahami? (Pertanyaan pertama “Penyerahan Diri”)

3.Penyerahan Diri

a.  Apakah semua ini dapat Anda pahami?
      1). Belum (ulangi sekali lagi secara singkat)
      2). Ya (lanjutkan)
b.  Apakah Anda mau menerima karunia hidup kekal ini?
      - Kalau mau terima (lanjutkan)
c.  Penjelasan penyerahan diri
      1). Menerima Yesus sebagai pemberi hadiah hidup kekal
      2). Alihkan dari pengandalan diri sendiri kepada Yesus sebagai Juruselamat
      3). Jadikan Yesus sebagai Tuhan dalam hati
      4). Bertobat
d.  Doa penyerahan diri
      1). Doa pengantar
      2). Doa bersama (bersama dengan orang yang kita Injili)
      3). Doa untuk kepastian keselamatan
e.  Kepastian keselamatan

1). Baca Yohanes 6:47
2). Ilustrasi: Jabat tangan Romawi
3). Makna rohani: Jaminan keselamatan kita berdasarkan janji dan kesetiaan Allah yang  kekal, bukan kesetiaan kita yang rapuh.
4). Baca Yohanes 10:28
5). Ulangi dua pertanyaan diagnostik 1 dan 2
6). Selamat datang ke dalam Keluarga Allah

4.Tindak Lanjut Langsung
a.    Alkitab
b.    Berdoa
c.    Persekutuan
d.   Berbakti
e.    Bersaksi